Jumat, 29 Desember 2017

Cinta Terlarang

     Sore itu sepasang remaja nampak jalan berdua di bawah matahari sore yang indah. Keindahan sore itu tak memengaruhi dua anak manusia itu. Mereka lagi gundah gulana. Penyebabnya adalah karena sang pemudi lagi mengandung anak si pemuda. Padahal mereka belum menikah. Sang pemudi kesal karena kekasihnya belum menentukan sikapnya. Untuk menikahi sang pemudi secepatnya. Sedangkan usia kandungannya sudah dua bulan. Dia takut kepada kedua orang tuanya apabila ketahuan bahwa dirinya sudah hamil di luar nikah.

     “Irwan, bagaimana dong, kapan kamu melamar saya?” Tanya Ami tak sabar.

     “Saya tidak tahu Ami, kamu khan tau saya belum punya pekerjaan. Bagaimana caranya saya menafkahi kamu?" Sahut Irwan.

     “Tapi, bagaimana dengan saya yang sudah hamil ini. Sudah dua bulan lagi. Jangan lagi bilang tidak ada pekerjaanmu. Gampangji itu, kalau kita berusaha, kita pasti bisa makan," Balas Ami dengan sedih.

     “Bagaimana dengan uang panai, orangtuamu pasti minta uang panai yang tinggi. Kamu tau khan saya tidak punya uang yang banyak,” Kata Irwan.

     “Irwan, kamu datang saja melamar, percaya deh nanti orang tuaku tidak minta uang panai yang banyak,” Jawab Ami.

     “Tapi...saya belum siap menikah,” Sahut Irwan.

     “Issengko, jadi bagaimanami ini di perut kasian, maumi diapakan, semakin hari semakin besar,” Balas Ami.

     “Gugurkan saja, supaya kita bebas,” Kata Irwan.

     “Ooh, Tuhan, Eeh sadarko. Dosa besar itu, saya tidak mau gugurkan bayi ini,” Balas Ami. “Irwan, berpikirko baik-baik. Ini anak tidak berdosa, kita yang berdosa, jangan tambah-tambah lagi dosa kita. Klo begitu, saya pergi dulu, saya tunggu keputusanmu besok malam.”









     Mereka berdua kemudian berpisah. Ami melangkah dengan hati yang resah dan kalut. Irwan pun demikian. Mereka larut dengan pikirannya masing-masing. Langkah apa yang mereka akan tempuh selanjutnya. Mereka takut memberitahukan kepada kedua orang tua mereka. Apa yang sudah terjadi. Ami memikirkan apakah orang tuanya mau menerima kenyataan bahwa anak gadis semata wayang mereka sudah hamil di luar nikah. Demikian pula Irwan, bagaimana cara menyampaikan kepada kedua orang tuanya bahwa ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

     Pada awalnya, mereka ikut-ikutan dengan teman mereka. Teman yang sudah punya pacar membully temannya yang belum punya pacar. Katanya orang jombo itu tidak laku. Sehingga menjadi suatu keharusan untuk memiliki pacar, kalau tidak mau dibilangi pemuda atau pemudi tidak laku.

     Kedua remaja nan labil itupun kemudian terjebak dalam gelora cinta yang memabukkan. Mereka tidak menyadari bahwa hubungan cinta mereka akan berakibat seperti ini. Seringkali mereka bertemu di luar. Tanpa sepengetahuan orang tua mereka.

     Awalnya mereka hanya jalan-jalan saja berdua. Nonton bioskop, nongkrong di cafe, ataupun sekedar jalan-jalan di Pantai Losari. Sampai suatu hari, sang pemuda mengajak ke rumah temannya. Ingin bertamu ceritanya. Maka mereka pun pergi berdua.

     Sesampai di rumah teman Irwan, mereka mengetuk pintu.

     “Tok..tok.. Ada orang di dalam?" Tanya Irwan.

     Seseorang membuka pintu. Rupanya teman Irwan.

     “Oh, kamu bos. Silakan masuk," Kata Malik, teman Irwan. “Wah, kamu bawa cewek rupanya nih. Pacarmu inikah, manis juga yah?"

     “Ah kamu, Malik, selalunya kalau lihat cewek pasti kamu gombal," Sahut Irwan.

     Ami dan Irwan masuk ke rumah Malik. Mereka duduk berdua di sofa. Malik mengambilkan minuman.

     “Eeh Malik, jangan repot-repot yah. Kami cuma sebentar saja,” Kata Irwan.

     “Kok, mau pulang cepat-cepat. Di sini tak ada siapa-siapa, orangtuaku paling besok baru pulang. Mereka pergi ke acara keluarga di kampung. Tinggal aku yang jaga rumah,” Sahut Irwan.

     “Oh, iya kalau begitu, ambil semua apa yang ada di dapur..hehehe," Kata Irwan tertawa.

     Ami tersenyum mendengar percakapan mereka. Malik berjalan ke dapur lalu muncul dengan membawa nampan berisi dua gelas teh dengan sepiring kue.

     “Oh yah, nama kamu siapa,," Tanya Malik.

     “Nama saya Ami,’’ Jawab Ami.

     Begitulah, mereka ngobrol sana-sini, ngalor ngidul. Sampai tidak terasa hari sudah sore.

     “Bagaimana masih betah di sini, khan? Kalau kalian pulang, saya pasti kesepian sendiri,” Kata Malik. Istirahatlah di sini, ada kamar yang bisa dipakai istirahat.”

     Ami sebenarnya ragu. Mau pulang saja. Takut dimarahi orang tuanya kalau terlambat pulang. Tapi Irwan membujuknya supaya mau tetap tinggal menemani. Akhirnya Ami mengiyakan permintaan Malik. Ami kemudian ditunjukkan kamar yang bisa dipakai istirahat olehnya. Sementara itu Malik dan Irwan tetap berbincang-bincang di kamar tamu.

     Sementara Ami terlelap, Irwan mulai suntuk. Dia minta ijin untuk istirahat kepada Malik. Irwan ditunjukkan kamar oleh Malik. Kamar yang berbeda dengan Ami. Tapi Irwan penasaran, apa yang sedang dikerjakan Ami di kamarnya. Sudah tidurkah dia atau sedang apa. Lalu Irwan mengetuk pintu kamar Ami. Tidak ada jawaban. Lalu dia memutar gagang pintu. Eh tidak terkunci. Irwan lalu masuk. Dia menyaksikan Ami tertidur dengan pulasnya. Dia mendekat dan memandangi wajah Ami yang tampak sangat cantik.

     Timbul pikiran di hatinya untuk membelai wajah kekasihnya itu. Dia pun membelai rambutnya. Ami tersadar. Dia terkejut Irwan sudah berada di sampingnya. Tapi dia membiarkan saja perlakuan Irwan terhadapnya. Dia sangat mencintai Irwan. Demikian pula sebaliknya. Mereka lupa bahwa mereka belum menikah. Malam itu, terjadilah sesuatu yang sangat tidak pantas dilakukan oleh mereka. Yang akhirnya berbuah pahit.

     Sejak kejadian itu, mereka tetap saja menjalin pertemuan. Mereka merasa tak berdosa. Mereka mungkin tau bahwa itu perbuatan dosa. Tapi mereka menepisnya. Atas nama cinta. Cinta yang tak halal.

     Sampai suatu hari, Ami terlambat datang bulan. Dia kaget dan sangat takut. Tapi apa mau dikata. Sudah terlanjur. Irwan harus diberitahu. Supaya bertanggung jawab atas anak dalam kandungannya. Ami berpikir Irwan pasti mau bertanggung jawab atas kehamilannya karena Irwan sangat mencintainya. Tapi tak disangka Irwan ragu untuk segera menikahinya dengan berbagai alasan. Ami sangat sedih.

     Malam itu ditemani cahaya bulan purnama, Ami tampak duduk diteras. Orang tuanya sudah terlelap. Ami yang sedari tadi menunggu telepon dari Irwan, sudah tidak sabar menunggu. Dia memutuskan untuk menelepon duluan. Dia mengangkat hpnya lalu mulai menelepon Irwan. Telepon diangkat oleh Irwan.

     “Halo, Irwan, bagaimana sekarang keputusanmu,” Tanya Ami.

     “Oh, iya Ami, saya sudah kasi tau orang tuaku. Mereka kaget, mereka juga marah. Tapi mereka mau menikahkankan saya. Mereka bilang, kenapa saya menghamili anaknya orang. Seandainya mereka tahu, mereka akan menikahkan saya sebelumnya,” Jawab Irwan.

     “Oh, syukurlah. Tapi saya belum beri tahu orang tuaku,” Kata Ami.

     “Kalau begitu, beritahukan segera orang tuamu, bilang ada yang mau datang melamar,” Sahut Irwan.

     “Tapi saya tidak bisa bilang kalau saya sudah hamil. Saya takut nanti saya dimarah dan dipukul,” Kata Ami.

     “Oh, iya, kalau begitu jangan kasi tau dulu, biar orang tuaku pergi melamar dulu, ” Kata Irwan.

     Ami merasa lega. Irwan mau melamarnya secepatnya. Ami segera memberi tahu orang tuanya. Bahwa ada yang akan datang melamarnya. Orang tuanya pun senang dan mempersilakan orang tua Irwan untuk datang melamar. Mereka juga memberi tahu kepada keluarga mereka yang lain. Mereka membicarakan berapa uang panai yang akan mereka minta. Ami ketar-ketir mendengarnya karena uang panai yang mereka akan minta cukup tinggi.

     Tibalah hari yang dinantikan oleh Ami. Keluarga Irwan datang melamar Ami. Mereka kemudian membicarakan hal ikhwal lamaran. Ternyata mereka tidak sepakat tentang uang panai. Kata keluarga Irwan, mereka tidak mampu memenuhi permintaan uang panai. Terlalu tinggi katanya. Keluarga Irwan pulang dengan menitip kata bahwa uang panai yang mereka sanggupi hanya seperdua uang yang diminta. Kalau keluarga Ami sepakat, lamaran akan ditindak lanjuti. Ami yang mendengarnya sangat sedih.

     Akhirnya, Ami mengaku kepada kedua orang tuanya, bahwa ia sudah hamil. Sudah menjelang tiga bulan usia kandungannya. Betapa terkejutnya orang tua Ami mengetahui hal itu. Mereka marah kepada Ami. Dan hampir saja Ami dipukul oleh bapaknya kalau saja tidak ditahan oleh neneknya. Ibu Ami bahkan shock mendengar hal itu. Dia terus saja menangis memikirkan hal itu. kenapa hal memalukan itu terjadi pada putri mereka. Putri semata wayang mereka. Apa kata orang. Hanya satu anak mereka, tapi mereka tidak bisa mendidiknya dengan baik. Itu yang terus terngiang-ngiang di kepalanya.

     Akhirnya, lamaran dilanjutkan. Setelah orang tua Ami menyetujui uang panai yang akan dibawa oleh pihak laki-laki. Tetapi keadaan menjadi begitu muram. Seharusnya kebahagian yang meliputi mereka. Karena akan ada yang menikah di rumah itu. Ibu Ami mengalami depresi karena beratnya beban malu yang dia mesti tanggung. Rasa malu yang menghunjam ke lubuk hatinya yang terdalam. Dan itu membuat Ami merasa sangat bersalah dan menyesali perbuatannya. Sesal yang tak ada gunanya lagi.

Mengembangkan Sayap Cinta

Dalam bukunya The Art of Loving, Erich Fromm menulis bahwa manusia modern sesungguhnya adalah orang-orang yang menderita. Aneh yah? Manusia modern yang dikelilingi oleh kecanggihan teknologi yang memudahkan mereka untuk hidup. Mereka juga mudah menjangkau informasi begitu beragam dan kaya. Mengapa mereka menderita?

Ternyata, penderitaan tersebut diakibatkan kehausan mereka untuk dicintai oleh orang lain. Mereka berusaha keras melakukan apa saja agar dapat dicintai. Anak-anak muda akhirnya terjerumus dalam pergaulan bebas karena mereka ingin dicintai dan diterima oleh kawan-kawan sebayanya.

Yang dilakukan manusia modern adalah upaya untuk dicintai, bukannya untuk mencintai. Dalam dunia modern, bahwa semakin keras manusia berusaha untuk dicintai, semakin sering pula mereka gagal dan dikecewakan. Adalah sulit untuk memperoleh kecintaan seluruh manusia. Kecintaan semacam ini adalah tujuan yang takkan pernah bisa dicapai karena selalu saja ada orang yang membenci orang lain. Manusia selalu dikelilingi oleh dua jenis orang : yang mencintai dan yang membenci dirinya.

Inilah rahasia kenapa upaya untuk dicintai itu menjadikan seseorang malah menderita. Tidak semua orang bisa memberikan cinta kepada diri kita. Tentu ada orang-orang yang tidak suka kepada kita. Akan lebih baik jika hidup kita diisi dengan upaya untuk mencintai ketimbang berharap dicintai oleh semua orang. Namun, bagaimana agar kita dapat senantiasa fokus untuk mencintai dan benar-benar dapat menghilangkan keinginan untuk dicintai?

Sebagaimana dikatakan oleh Erich Fromm, yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit itu (penyaki t bernama ‘untuk dicintai’) adalah dengan belajar mencintai. Kebahagiaan hidup kita bergantung pada apa yang kita cintai. Kebahagiaan tak dapat diperoleh dengan dicintai.

Untuk mampu mencintai, kita harus mulai belajar dari mencintai makhluk Allah, dengan mencintai pasangan kita, anak-anak kita. Itulah pelajaran mencintai tahap dasar, pelajaran cinta tahap awal. Cinta semacam itu adalah cinta yang dimiliki oleh anak-anak kecil. Mereka selalu mencintai hal-hal yang bersifat konkret atau lahiriah.

Selanjutnya, kita harus berusaha untuk mencintai hal-hal yang lebih abstrak. Nabi Muhammad SAW bersabda, Cintailah Allah atas anugerah-Nya kepadamu; dan cintailah keluargaku atas kecintaanku kepada mereka.’ Dalam sabda ini, Nabi Muhammad SAW menurunkan tiga jenis kecintaan yaitu kepada Allah SWT, Rasul-Nya, dan keluarga Rasul SAW. Nabi Muhammad juga mengajari kita untuk meninggalkan kecintaan pada hal-hal konkret dan menuju kecintaan kepada hal-hal yang abstrak.

Dalam Ihya Ulumuddin, Al Ghazali menyatakan bahwa adalah sebuah kebohongan besar jika seorang mencintai sesuatu tetapi dia tidak memiliki kecintaan kepada sesuatu yang lain yang berkaitan dengannya. Al Ghazali menulis,” Bohonglah orang yang mengaku mencintai Allah SWT, tetapi dia tidak mencintai Rasul-Nya; bohonglah orang yang mengaku mencintai Rasul-Nya tetapi dia tidak mencintai kafir miskin; dan bohonglah orang yang mengaku mencintai surga tetapi dia tidak mau menaati Allah SWT. Semua itu pada hakikatnya mengajari kita untuk mencintai hal-hal yang abstrak.

#Dikutip dari buku : Mengembangkan Sayap Cinta, The Road to Allah

Sabtu, 23 Desember 2017

Teman Sejati Tak Melihat Materi

Nak, berteman itu kebutuhan
Jalinlah pertemanan dengan ikhlas
Bukan mengharap materi dari teman

Jika teman memberi
Bukan karena keterpaksaan
tapi, ikhlas dari hati

Suatu saat nanti
Engkau akan temukan teman sejati
yang tidak memandang materi
tapi karena engkau layak
dijadikan sebagai seorang teman

Kamis, 26 Oktober 2017

Hati Selembut Sutera

Hati itu selembut sutera
Karenanya
Mudah tersentuh

Terbuai
Terlena
Ketika
Secuil perhatian
Membelai sukma

Siapa pun itu

Maka berhati-hatilah
Menata hati
Jika tak ingin
Derita cinta
Melukai hati

Rabu, 23 Agustus 2017

Mendownload Film dari Youtube di HP Android, Susah. Ah, Gampang Kok..

Memang susah kok, mendownload film dari youtube di hp android. Eeiits, tunggu dulu. Ituu...kalau kita tidak tau caranya. Kalau sudah tau, mah gampang sekali. Anak kecil pun juga bisa. Yang penting aplikasi untuk mendownload sudah terpasang.

Saya hampir tidak tidur semalam suntuk, begadang..ceritanya, habis subuh baru bisa tidur. Hanya karena penasaran, aplikasi apa yang tepat untuk mendownload film yang ada di youtube dari hp android. Supaya bisa tersimpan di galeri. Sebelum ditransfer ke komputer atau laptop.

Malam itu, saya googling aplikasi-aplikasi yang disarankan oleh Paman Google. Satu per satu aplikasi yang disarankan saya download, lalu saya coba menggunakannya. Tetapi, satu per satu aplikasi itu saya hapus. Karena tidak sesuai harapan. Susah cara menggunakannya.

Sampai akhirnya, saya menemukan aplikasi TubeMate. Oooh..akhirnya kumenemukanmu..hehehe. Jadilah saya mendownloadkan Upin dan Ipin untuk anakku menjelang fajar menyingsing. Nah, baru puas rasa hati awak.

Bagi kawan-kawanku yang lagi membaca tulisanku ini. Saya akan menunjukkan salah satu aplikasi yang dapat memudahkan kita untuk mendownload film dari youtube itu. Selamat menyimak yah.

Pertama-tama, ayo kita kenal gambar aplikasinya dulu di bawah ini:



Kemudian, ayo kita cari aplikasi tubemate ini di play store. Eeh, saya telusuri di play store tapi saya tidak menemukannya. Ada yang mirip tapi tidak sama. Maka saya beralih ke aplikasi Chrome untuk mencari si tubemate. Akhirnya, setelah saya ketikkan kata kunci "tubemate apk", maka muncullah ia di urutan pertama. Lalu saya klik tulisan unduh, maka terdownloadlah aplikasi impian itu..hehehe...


Setelah terinstal aplikasi tubematenya, selanjutnya, kita klik gambar aplikasinya yang sudah terpasang di layar hp. Maka muncullah gambar seperti  di bawah ini:


Setelah itu pilihlah film yang akan kita download. Setelah muncul film yang kita inginkan, terlihat ada tanda panah hijau di sebelah atas. Kliklah tanda panah itu.


Setelah tanda panah hijau kita klik maka tampillah gambar seperti di bawah ini. Pilihlah resolusi film yang kita inginkan semakin besar resolusinya semakin jernih gambar filmnya. Setelah itu klik tanda panah hijau di bawahnya.


Nah...film yang kita inginkan terdownload sudah. Setelah proses download mencapai 100%, maka otomatis film itu akan tersimpan di galeri. Bagaimana? Mudah bukan.


Kelebihan lain dari aplikasi ini, film yang didownload bisa kita pending, atau lanjutkan kembali, jika terputus atau habis kuota internet. Atau jika hp tiba-tiba mati.

Selamat mencoba, yah.
Semoga tulisan ini bermanfaat.

Senin, 17 Juli 2017

Film Surat Kecil untuk Tuhan





Terus terang, sebelum nonton film ini saya buta tentangnya. Dulu saya berpikir film ini seperti film sebelumnya dengan judul yang sama. Dimana filmnya mengisahkan tentang seorang gadis pengidap kanker. Ternyata film ini jauh berbeda.

Film ini dibintangi oleh Bunga Citra Lestari (Angel dewasa), Aura Kasih (Ningsih dewasa), Joe Taslim (Martin dewasa) dan Maudy Koesnadi (mama angkat Angel). Kisahnya cukup mengharukan dan juga menegangkan.

Film ini diawali dengan adegan pemukulan seorang perempuan oleh suaminya. Seorang anak lelaki bersama saudara perempuannya tampak ketakutan melihat kejadian itu. Sang suami meminta uang kepada sang istri tapi istrinya menolak. Setelah memukul sang istri, lelaki tersebut mendekati kedua kakak beradik yang tampak ketakutan itu.   Lelaki itu bertanya kepada mereka.

"Di mana, kalian simpan uang yang diberikan oleh bibi kalian."

Mereka menggeleng. Lelaki itu tampak marah dan bersiap memukul mereka, tetapi istrinya melarang. Kemudian, lelaki itu memukul kembali istrinya. Kepala istrinya dibenturkan ke tembok. Sadis.

Ketika lelaki itu, sang paman, tertidur pulas ditemani botol-botol minuman keras yang bergeletakan, mereka berdua, sang kakak bernama Anton dan sang adik bernama Angel, melarikan diri. Mereka memanjat jendela dan keluar dari rumah itu.

Tiba-tiba sang adik berkata pada kakaknya,
"Kak Anton, jepit rambut saya ketinggalan,"
"Tidak apa Dek, nanti kita beli. Mari kita pergi dari sini."
"Kak, jepit rambut itu pemberian ibu"
"Baiklah, saya ambilkan dulu yah. Tunggu Kakak di sini. Jangan kemana-mana."

Sang kakak masuk kembali ke dalam rumah lewat jendela. Dan, detik-detik ini menjadi menegangkan. Penonton diantar untuk berpikir apakah Anton akan kedapatan oleh sang paman. Dan akhirnya kakak beradik itu akan terpisah?

Akhirnya, Anton muncul membawa jepit rambut adiknya. Adiknya pun tersenyum gembira. Mereka bergandeng tangan berlalu dari rumah itu.

Mereka terus berjalan dan berjalan. Dan tibalah mereka di kota besar, Jakarta. Mereka beristirahat untuk makan. Tiba-tiba orang di sekitar mereka berlarian. Ternyata ada satpol PP yang mengejar dan menangkap orang-orang di tempat itu. Anton dan Angel pun ikut berlari untuk menghindari kejaran petugas.

Mereka berlari dan terus berlari sambil menengok ke belakang. Apakah satpol PP masih mengejar mereka? Pada bagian ini, ketegangan melanda penonton. Apakah Anton dan adiknya akan tertangkap, atau akankah mereka berpisah, jika salah satunya tertangkap?

Suasana mencekam mengiringi langkah seribu mereka menghindari kejaran satpol PP. Sang adik merasa lelah lalu memohon kepada kakaknya untuk istirahat sejenak. Mereka lalu duduk di balik tiang besar sebuah gedung, sepertinya tempat parkir gedung itu. Tiba-tiba, seorang pria bertongkat mendekati mereka. Pria itu menawarkan untuk istirahat di tempatnya. Tapi mereka menolak. Pria itu pun berlalu.

Hujan deras jatuh membasahi bumi. Anton dan Angel kedinginan. Mereka berpelukan untuk menghangatkan badan mereka. Pria bertongkat datang kembali dengan membawa payung. Pria itu menawarkan bantuannya kembali. Angel menatap dalam mata kakaknya seolah memohon kepada kakaknya untuk menerima tawaran pria itu. Akhirnya, Antonpun mengangguk.

Bersambung







KEMATIAN BAPAK

Lelaki yang telah melewati umur paruh baya itu terbaring lemah di ranjang kayunya. Lelaki yang kupanggil bapak itu sedang sakit. Bapak kelihatan meringis menahan rasa sakit yang dideritanya. Entah, sakit apa yang kini dideritanya. Setiap kali kusarankan untuk memeriksakan dirinya ke dokter, beliau tak pernah mengikutinya. Bapak bilang dirinya tidak apa-apa, beliau baik-baik saja. Beliau memang orangnya sabar, tak pernah terdengar keluhan dari bibirnya.

Keesokan harinya, bapak membangunkan aku untuk sholat shubuh. Beliau nampak keliatan lebih segar. Rupanya bapak sudah sembuh. Syukur Alhamdulillah. Bapak duduk-duduk di ruang tamu ditemani kopi hitam lengkap dengan unti sanggara. Aku kemudian duduk di samping beliau. Sudah tersedia pula untukku segelas kopi hitam. Wah, enak sekali ini. Udara pagi Malino yang dingin masih kurasakan sampai tulang sumsumku. Sarungku kukalimbu ke tubuhku yang menggigil kedinginan. Aku lupa memakai jaket yang tebal. Kebiasaan di Makassar yang udaranya panas menyengat di siang hari. Bahkan aku biasa buka baju saking panasnya udara yang kurasakan. Dasar orang Malino yang terbiasa dengan udara sejuk.

Bapak yang memulai pembicaraan. Beliau mengajakku untuk melayat ke rumah Daeng Tompo, tetangga kami. Rupanya Daeng Tompo meninggal dunia tadi malam. Akupun mengiyakan ajakan bapak. Sekitar pukul 09.00 kami melayat ke rumah duka. Yang rencananya akan dimakamkan siang ini. Di rumah duka, sudah ramai orang yang melayat. Banyak pula yang bertanya sebab kematian almarhum. Ada juga yang heran. Katanya, kemarin sore mereka masih melihat almarhum duduk-duduk di teras rumahnya. Sedang bersantai sambil minum kopi ditemani istrinya. Dan dia sempat dipanggil singgah oleh almarhum. Begitulah ajal, bisa datang kapan saja dan dimanapun kita berada. Tidak mengenal tua atau muda, sehat atau sakit, di laut atau di darat. Kalau ajal sudah menjemput, kita tidak bisa menolak atau menghindarinya.

Aku dan bapak mengantar jenazah ke tempat peristirahat terakhirnya. Banyak juga yang mengantar almarhum. Maklumlah, rasa kekeluargaan di kampung masih terpelihara. Tercermin ketika ada anggota masyarakat yang kematian, mengadakan pernikahan. Selalu ramai. Apalagi masih ada hubungan kekerabatan antara keluarga yang satu dengan yang lain di kampung.



Sepulang melayat, aku pamit kepada bapak. Aku hendak balik ke Makassar. Pasalnya, ada setumpuk pekerjaanku yang mesti kuselesaikan, yang menantiku di sana. Bapak mengijinkan aku.  Seraya memelukku, matanya berkaca-kaca. Sepertinya kerinduan masih bergelayut terhadap anak semata wayangnya itu. Sore itu, aku balik ke Makassar. Dengan berkendara Yamaha, aku tinggalkan rumah bapak. Terasa berat, meninggalkan rumah kenangan itu. Tapi kehidupanku ada di Makassar. Tempat mencari sesuap nasi untuk keluarga kecil kami. Tak ada yang bisa kulakukan di sini. Keahlianku tak bisa kuterapkan di kampung.

Aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Aku tidak bisa memacunya lebih cepat. Karena cahaya mulai remang-remang. Pertanda malam mulai tiba. Sedangkan jalan kulalui berkelok-kelok. Jurang di sebelah kiri jalan. Lengah sedikit, bisa-bisa terjun ke jurang. Belum lagi kendaraan yang berlawanan arah bisa-bisa muncul secara tiba-tiba. Konsentrasi buyar, alamat kendaraan berciuman yang bisa mengakibatkan kecelakaan fatal. Syukurlah, aku tidak dalam keadaan mengantuk sehingga aku berkendara dengan normal. Perlahan-lahan aku meninggalkan Malino menuju kota Makassar.

Aku disambut anak pertamaku yang masih berusia dua tahun dengan gembira. Sayang, aku tidak membawakan oleh-oleh untuknya dari kampung. Ada markisa di sana, dodoro dan juga tenteng. Keterbatasan waktu penyebabnya. Cuma dua hari. Istriku yang lagi hamil tujuh bulan. Tidak langsung menyambut kedatanganku. Karena lagi sibuk di dapur. Sejurus kemudian, Ani istriku, membawakan segelas kopi untukku. Ani menanyakan keadaan bapak.

“Daeng, bagaimana keadaan Bapak di kampung,” Tanya istriku. Aku menjawab, "Alhamdulillah, Bapak baik-baik saja, Ndik.” Istriku dengan gembira membalas, "Syukurlah kalau begitu, Daeng. Kasihan Bapak, hidup sendiri. Tak ada yang menemani. Bagaimana kalau Bapak tinggal bersama kita di sini, Daeng?” Aku menjawab, "Aku sudah bilang begitu kapada bapak. Tapi bapak tidak mau, Ndik. Bapak sangat mencintai rumah dan kampungnya. Katanya, banyak kenangan indah bersama ibuku di rumah itu. Beliau tidak bisa meninggalkan rumah bersejarah dan penuh kenangan itu.” Istriku berkata, "Oh, begitukah. Jadi siapami kodong yang rawatki Bapak, yang layani Bapak.”

“Alhamdulillah,” Kataku. “Bapak orangnya mandiri. Beliau bisa masak sendiri dan mencuci pakaian sendiri. Dari dulu beliau tidak pernah merepotkan orang lain. Bahkan sewaktu mendiang ibu masih ada, bapak terkadang mencuci bajunya sendiri. Jika ibu lagi tidak enak badan.” “Oh, baik betul Bapak, Daeng,” Ujar istriku sambil tersenyum.

“Iyya, begitulah, Ndik. Mestinya aku sering-sering menjenguknya. Karena aku satu-satunya anaknya. Tapi itu tidak mungkin, Ndik. Aku tidak bisa meninggalkan terus pekerjaanku. Mungkin karena saking rindunya sama aku sehingga bapak sering sakit."

Kenapa aku berkata begitu pada istriku. Bapak sakit karena rindu padaku. Karena, entah sudah berapa kali bapak sakit. Kalau aku datang menjenguknya. Tidak lama kemudian, ia sudah sembuh. Tapi, anehnya juga, setiap kali pulang kampung untuk menjenguk bapak yang lagi sakit. Pasti keesokan harinya aku akan pergi melayat dan mengantar tetangga yang meninggal dunia, bersama bapak.

Sore itu, ketika aku lagi bekerja, istriku menelepon dari rumah. Istriku berkata, ”Daeng, aku sudah merasa sakit yang datangnya secara berkala. Semakin lama semakin sering. Sepertinya aku sudah mau melahirkan. Oh ya, tadi ada telepon dari kampung, katanya bapak sedang sakit parah sepertinya sudah sakaratul maut.”

Aku terhenyak. Kok, tiba-tiba bapak sakit parah. Aku bingung. Waduh, bagaimana ini? Bapak sakit parah sedangkan istriku mau melahirkan. Apalagi pekerjaanku tidak bisa ditinggalkan. Profesiku sebagai seorang penerjemah dan sementara ini ada pekerjaan yang mesti kuselesaikan.

“Ndik, kalau aku terlambat pulang, pergi saja dulu ke rumah sakit. Jangan tunggu aku, karena ada pekerjaan yang mesti kuselesaikan terlebih dahulu. Tinggal sedikit. Nanti aku menyusulmu ke rumah sakit.”

“Iye, Daeng. Tapi ditungguKi bapak di kampung,” Ujar istriku. “Iye, kuselesaikan dulu pekerjaanku nah, sayang. Baru aku ke rumah sakit. Habis itu ke kampung,” Balasku meyakinkan istriku. Kututup telepon dengan perasaan tidak menentu. Tapi aku mencoba untuk tetap tenang menyelesaikan pekerjaanku.

Pekerjaankupun selesai. Kususul istri ke rumah sakit. Kulihat betapa istriku menahan rasa sakit. Aku was-was melihatnya. Perasaan iba terbersit di hatiku. Betapa berat pengorbanan seorang perempuan dalam mengandung dan melahirkan seorang anak manusia ke dunia ini. Dokter mengatakan bahwa kemungkinan besar istriku melahirkan besok. Bukan ini malam. Sebab baru pembukaan tiga. Tapi aku melihat istriku sudah tidak tahan lagi akan rasa sakit yang dirasakannya. Dia bolak-balik bolak-balik di atas ranjang rumah bersalin. Tak henti-hentinya syahadat terdengar dari mulutnya, bergantian dengan ucapan takbir, istighfar dan doa’-doa lainnya. Aku merasa iba melihatnya. Aku tak tahan melihatnya. Rasa haru menggelegak di dalam dada. Tidak terasa air mata meleleh di pipiku.

Tiba-tiba istriku bilang ada air yang mengucur deras dari jalan lahir sang calon bayi. Dokter segera memeriksa istriku dengan cekatan. "Wah, ini sudah pembukaan sembilan, katanya. "Sudah lengkap pembukaannya. Saya kira besok baru melahirkan ibunya." Dia segera memerintahkan bidan yang bertugas untuk segera membantu istriku melahirkan. Agak lama juga si jabang bayi nongol. Katanya, istriku gatta kelorang. Wanita hamil yang gatta kelorang itu, sebelum lahir bayinya, biasanya disertai lendir yang banyak. Nanti habis lendirnya, barulah bayi bisa keluar. Dan biasanya wanita hamil yang gatta kelorang akan merasakan sakit yang luar biasa. Katanya sih, penyebabnya adalah sewaktu hamil sering makan buah yang bergetah. Misalnya, buah langsat. Iyya juga sih, sewaktu istriku hamil pas musim langsat, jadi setiap hari makan langsat. Tidak bosan-bosannya istriku makan langsat. Entahlah, saya juga tidak tau hubungannya di mana.

Proses melahirkannya agak lama. Membuatku sangat cemas. Kecemasan juga melanda ibu dan tante istriku. Sehingga mereka memutuskan untuk pergi mencari obat dari neneknya istri yang pintar. Berupa air yang dibacakan do’a-do’a untuk memudahkan melahirkan. Sedangkan istriku masih berjuang hidup mati untuk melahirkan sang buah hati. Aku pun pergi mencari obat itu. Setelah mendapatkannya, aku segera ke rumah bersalin kembali. Sesampai di rumah sakit, Wah, ternyata istriku sudah melahirkan. Aku sangat bahagia dan bersyukur kepada-Nya tak terhingga. Kuambil bayi yang sudah dibersihkan dan diselimuti. Kucium dan kudekap dengan penuh kasih sayang. Dan membacakan iqamah di telinga kanannya.

Tiba-tiba ada telepon dari kampung yang menyatakan bahwa bapakku telah meninggal dunia. Diiiringi derai air mata, kuucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Aku sedih karena aku tidak bisa menemani detik-detik terakhir bapakku. Aku bilang, aku akan pulang segera. Aku pamit kepada istriku. Untuk pulang ke kampung. Malam itu juga aku pulang kampung menjumpai bapakku yang sudah tiada.

Keesokan harinya, sekitar pukul 09.00 pagi, jenazah bapakku dikebumikan. Ketika, para pengantar sudah pulang, aku tinggal sendirian di depan kuburan bapakku. Aku belai nisannya. Sambil berdoa memintakan ampun dan keselamatan bagi bapakku di alam sana.

Malam takziah digelar selama tiga malam berturut-turut. Setelahnya, aku pamit pada keluarga bapak untuk pulang kembali ke Makassar. Aku pulang ke Makassar. dengan perasaan yang masih diliputi duka akibat kepergian bapak. Tapi ada yang menungguku di sana, sesosok makhluk mungil yang baru lahir. Harapan baru yang mengingatnya saja. Menimbulkan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Aku mengetuk pintu. Terdengar tangisan bayi dari dalam. Tangisan bayi yang melengking. Menandakan bayi yang sehat. Alhamdulillah. Pintu dibuka istriku, dan langsung masuk ke dalam mengambil dan menggendong si bayi. Aku dilarangnya untuk menggendong sang bayi. Katanya, tidak boleh karena aku baru datang dari jauh. Sebentar-sebentarpi, katanya. Setelah, beberapa lama aku istirahat. Si mungil akhirnya dapat kutimang-timang. Aduh senangnya, memandang wajahnya yang lucu. Kuelus-elus pipinya yang halus, tapi matanya masih tertutup. Wah, masih tidur ternyata dia. Nantilah kalau dia terbangun dari tidurnya, baru main lagi sama bapak yah, Nak.

Istriku menghampiriku dan bertanya,”Bagaimana di kampung, Daeng. Ah, mauku juga ke kampung, Daeng. Lihatki Bapak untuk terakhir kalinya. Tapi tidak bisa kodong.” Aku jawab,”Iye, Ndik. Tidak dilihatmi Bapak . Karena bersamaan mauki melahirkan. Tidak apa-apaji. Sekarang Bapak sudah tenang di sisinya.”

“Daeng, pernahKi itu cerita dulu. Bilang ada itu ilmunya Bapak. Kalau sakitki bisa sembuh kembali. Dengan syarat, ada orang lain yang meninggal sebagai gantinya. Kuingatki itu waktuku melahirkan. Bateko mami berdo’a. Kuingatki itu ceritaTa.”

"Iyyoka,” Sahutku tertegun. Pernah memang aku bercerita tentang ilmunya bapak. Tapi sebenarnya aku juga kurang percaya akan cerita itu. Aku kira cerita itu hanya  sekedar cerita saja.

“Tapi, entahlah. Sewaktu aku dalam proses melahirkan itu. Aku teringat terus kepada Bapak yang dalam keadaan sakaratul maut. Aku terus berdoa memohon kelancaran dan keselamatan kepada yang Maha Kuasa. Alhamdulillah, bayi kita lahir dan dia sehat-sehat saja. Demikian pula dengan diriku. Tetapi, Bapak meninggal. Aku merasa bahwa Bapak mengorbankan dirinya demi keselamatan cucu dan menantunya. Bapak tidak menggunakan ilmunya dan nyawanya sebagai taruhannya,”Gumamku sedih.

Antara percaya dan tidak. Aku mendengar cerita isteriku dengan perasaan sedih. Yah, Bapak telah tiada. Namun, apapun cerita tentang Bapak.  Aku menganggap bahwa beliau adalah orangtuaku yang terbaik. Sampai kapanpun. Pandanganku menerawang ke masa silam. Masa-masa kecilku bersama bapak dan ibu di kampung.

Jumat, 05 Mei 2017

Ibu Rumah Tangga dan Ibu Pekerja

Profesi ibu rumah tangga itu sebenarnya asyik. Bayangkan, kita bisa mengerjakan urusan rumah tangga dengan tenang. Sambil diselingi online sesekali. Ngintip-ngintip WA atau facebook bolehlah. Habis cuci pakaian, cuci piring sambil masak. Kita bisa istirahat sejenak.

Bayangkan, kalau pagi-pagi mesti masak dan cuci kemudian bergegas untuk keluar rumah. Untuk bekerja atau ngantor. Apalagi mesti bermacet-macet ria di jalan. Pergi dan pulang makan waktu sejam. Wah, betul-betul saya acungin jempol deh buat ibu yang bekerja di luar rumah. Rasanya aku tak sanggup kalau aku lakoni hal yang sama.

Begitu berat, perjalanan yang memakan waktu satu dua jam, belum lagi kalau macet sudah bikin capek. Ditambah urusan pekerjaan sesampai di kantor. Sehabis ngantor, ketika pulang melihat rumah berantakan. Tambah pusinglah kepala.

Namun, setiap akhir bulan ada yang ditunggu-tunggu. Gaji di awal bulan yang membuat muka berseri-seri. Beda dengan ibu rumah tangga. Tak ada yang ditunggu kecuali gaji suami. Atau gajiannya bisa setiap hari karena wiraswasta atau punya usaha sendiri.

Jumat, 07 April 2017

Kebahagiaan di Rumah Baca

Sore ini, rumah baca bertambah ramai dengan kehadiran anak-anak baru yang datang berkunjung ke Rumah Baca. Mereka ada yang kaget. Ada yang bilang, ada pale rumah baca di sini. Banyaknya bukunya di'. Saya tanya, dari siapa mereka tahu ada rumah baca. Mereka bilang, dari teman mereka yang lebih duluan berkunjung ke rumah baca ini.



Mereka kemudian dengan antusiasnya memilih dan memilah, kemudian membaca buku yang telah dipilihnya. Ada yang baca dalam hati dan ada yang baca dengan suara keras. Teman yang merasa terganggu dengan suara keras anak yang lagi membaca segera menegur supaya membaca cukup dalam hati. Aku hanya tersenyum melihat tingkah pola mereka.

Ada pula anak umur lima tahun yang berkunjung. Anak itu belum pintar membaca. Tapi dia bersikeras turut pula membaca. Akhirnya, bukannya membaca tapi malah diajari membaca.



Ada yang ambil buku lalu ke luar ke halaman. Ambil kursi dan membaca di sana. Ada yang duduk di atas gundukan batu hitam membaca. Memang Rumah Baca ini belum mantap tempatnya tapi minat baca anak-anak kelihatannya cukup tinggi. Setiap hari  Rumah Baca tak pernah sepi dari pengunjung. Alhamdulillah.

Melihat kegembiraan dan antusiasme mereka terhadap buku menimbulkan keyakinan di hati bahwa anak-anak kita adalah anak-anak yang cerdas. Anak-anak yang rajin membaca itu pengetahuannya akan luas. Karena buku itu adalah gudangnya ilmu pengetahuan.

Sabtu, 18 Maret 2017

Rindu Bunda Fatimah Azzahra

Di facebook, banyak yang posting tentang bunda Fatimah Azzahra. Ternyata ini hari kelahiran beliau. Kalau bukan karena postingan-postingan itu, manalah teringat akan hari kelahiran penghulu wanita surga itu. Maka berterima kasihlah diriku kepada pemosting status-status tersebut. Semoga mendapat syafaat darinya kelak di kemudian hari.

Fatimah Azzahra, wanita mulia, anak yang sangat dicintai oleh ayahandanya, Rasulullah SAW. Bahkan Rasul pernah bersabda,"Siapa yang menyakiti hati Fatimah, sama dengan menyakiti hatiku."
Begitu cintanya Rasul pada Fatimah, sehingga ketika Ali hendak menikah lagi. Rasul melarangnya, karena Rasul khawatir Fatimah terluka dengan Poligami suaminya. Sehingga rasul marah pada Ali.

Fatimah, sosok teladan muslimah yang sempurna. Ia seorang pribadi, isteri dan ibu yang sempurna. Olehnya itu sebagai seorang muslimah selayaknya kita mencontoh keteladanan beliau. Meneladani beliau adalah harapanku. Walaupun pada kenyataannya, aku tak sanggup untuk betul-betul mencontoh beliau. Masih sangat banyak kekurangan. Dan ini betul-betul membuatku merasa sedih.

Satu hal yang mungkin sebagian orang kurang percaya. Adalah ketika awal mulanya aku mau menggunakan cadar atau penutup muka. Ketika itu, sehabis sholat magrib di kamar. Tiba-tiba ada semacam bisikan. Yang menyuruh menutup muka. Beliau bilang wajahmu itu cahaya yang harus ditutupi. Saat itu saya mendengar beliau berkata,"Saya Fatima Azzahra." Sehingga, kemudian sayapun memantapkan diri menggunakan cadar. Sampai saat ini, saya tetap menggunakan cadar. Karena bisikan itu, masih tetap teringat.

Tentang cadar ini sendiri, ada senior akhwat yang pernah bilang, kok kamu pakai cadar. Padahal bunda Fatimah tidak pakai cadar lho. Saya menyahut kaget, iyakah? Namun, senior akhwat yang lain bilang, siapa bilang Fatimah tidak pakai cadar. Pakai cadar dek, ada bukunya itu.
 
Entahlah yang mana yang benar. Tetapi, saya masih bersikukuh menggunakannya. Walaupun ada warning dari suami untuk melepasnya. Dengan alasan, umur sudah mengizinkan untuk dibukanya si cadar. Tapi saya merasa tak sanggup. Maafkan saya, suamiku..

Kembali ke bunda Fatimah. Terus terang, saya sangat mencintainya. Sangat, sangat merindukannya. Ingin menatap wajahnya, ingin mencium tangannya yang mulia. Tetapi, bisakah itu terjadi? Ketika diriku masih bergelimang dosa. Saya ini apalah. Di hadapan beliau. Sedih rasanya. Sesak dada ini. Mengingat betapa diri ini masih penuh kekurangan. Dapatkah diri ini bertemu dengannya. Wanita penghulu surga. Sedangkan diri ini belum ada jaminan untuk masuk ke dalamnya. Bagaimana bisa ketemu denganmu, wahai Bunda?

Bundaku, terimalah cinta dan rindu ini.
Syafaatilah diriku bunda
Diri yang hina penuh dosa
Ijinkan aku ya Allah, pada saatnya nanti ketemu dengan bunda Fatimah Azzahra ..teladanku

Rabu, 15 Maret 2017

Setia



Bolehkah aku setia padamu
Ketika engkau mendahului aku
Menghadap kehadirat sang Ilahi

Bolehkah kupinta padamu
Tetaplah dengan cinta dan setiamu
Hanya untukku
Ketika aku yang lebih dulu
Dipanggil oleh-Nya

Tapi aku tak bisa terlalu berharap
Padamu, cinta dan setiamu
Tetap padaku
Ketika kutak ada lagi di sisimu

Jika engkau mendahuluiku
Sosok Rabiathul Al Adawiah yang menjadi inspirasiku
Tak ada sosok yang akan menggantikan dirimu
Sampai kita dipertemukan nanti kelak di kemudian hari
Seperti pesan Rasulullah terhadap istri-istrinya untuk tidak menikah lagi sepeninggal dirinya
Begitupun diriku...

Senin, 06 Maret 2017

SARI MANIS

Saya suka bakara. Bagaimana denganmu? Oh yah, siapa yang tidak kenal bakara. Buah bakara juga dikenal juga dengan nama buah sukun. Bakara bahasa Makassarnya sedangkan sukun bahasa Indonesianya. Buah ini saingan berat dengan pisang kepok maupun singkong sebagai pilihan utama makanan gorengan. Bahkan ada yang lebih suka bakara daripada pisang ataupun singkong. Contohnya, saya sendiri..hehe..

Sayang sekali. Bakara ini hanya berbuah di waktu-waktu tertentu saja. Yaitu sekitar Desember sampai Maret. Tidak seperti pisang maupun singkong yang buahnya kapan saja kita bisa peroleh.

Mungkin karena bakara hanya bisa didapat saat musim tertentu saja maka buahnya menjadi pilihan utama ketika memilih gorengan. Mengalahkan pisang dan singkong. Tapi, memang mantap rasanya lho itu bakara goreng. Apalagi Bakara Bone, wah mantap sekali. Dimakan dengan sambal tomat pedis buatan sendiri, makin maknyus.

Di rumah sendiri, kalau lagi musim bakara seperti ada motto "Tiada hari tanpa bakara". Sampai-sampai suami dan anak bosan makan gorengan itu melulu. Saya sendiri tidak bosan-bosannya. Soalnya penggemar berat. Tetapi karena kasian mereka harus mengikuti selera sang emak. Akhirnya saya buatkan mereka kue yang ada manis-manisnya dari buah bakara. Ayo tebak kue apa itu? Iya benar, Sari Manis. Sesuai namanya, kue itu benar -benar manis lho. Soalnya pake kuah gula merah. Mau mirip-mirip kuah pisang epe yah?

Siapa tau di rumah sobat sekalian ada bakara menganggur dan bosan dengan menggorengnya melulu. Maka saya mau berbagi resep cara membuat Sari Manis ini. Sebenarnya, bakara ini bisa dikolak juga tetapi lebih mantap kalau dibuat Sari Manis. Oh ya, bakara juga bisa dibikin sayur. Dicampur dengan rebung dan disantan, wah enak sekali.



Nah, sekarang saya tuliskan resep Sari Manis-nya, yaitu :

Bahan :
1. Bakara atau sukun yang sudah tua
2 buah
2. Gula merah 1 buah yang kecil
3. Telur 2 butir

Cara membuat:
1. Kupas bakara agak dalam sehingga hilang bekas kulitnya, buang isi yang tidak dimakan. Potong kecil-kecil.
2. Cuci bersih bakara.
3. Lalu masukkan ke dalam dandang. Lalu kukus sampai matang dan lunak.
4. Setelah lunak, matikan api dan selagi panas, ulek bakara dengan pengulekan sampai hancur dan tidak berbutir.
5. Setelah itu, bakara dibentuk bulat dan pipih.
6. Telur dikocok sehingga berbusa
7. Gula merah dicairkan agak kental, bisa juga ditambahkan vanili kalau suka.
8. Bakara yang sudah dibentuk, dimasukkan ke dalam telur kocok.
9. Selanjutnya, digoreng sampai kecoklatan.
10. Bakara yang sudah digoreng ditata di atas piring dan diberi gula merah cair sesuai selera.

Demikian resepnya, resep yang sangat praktis, bukan? Selamat mencoba yah. Semoga suka. Kalau saya sendiri suka, apalagi suami. Sangat senang dibuatkan Sari Manis. Dan bilang," Terima kasih banyak yah sudah dibuatkan". Okelah. Hehe..Jadiji itu karena saya juga suka.

Rabu, 01 Maret 2017

Sang Penista Agama

Akhirnya bisa menulis lagi setelah sebulan full tidak mengisi blog. Pebruari tanpa tulisan ceritanya. Tapi sebenarnya sempat menulis tapi waktu saya posting, tulisan itu hilang. Entah kemana dan kenapa. Mungkin jaringan kurang bersahabat dan tidak mendukung. Hehe..Rencana menulis lagi tapi tertunda-tunda terus. Barangkali karena capek jadi penjaga warung sekaligus ibu ERTE.

Saat ini saya lagi mau menulis tentang berita heboh yang terjadi hari ini. Soal kedatangan Raja Saudi Arabia, Raja Salman bin AbdulAziz. Sebenarnya yang heboh itu bukan kedatangan Raja Salman sih. Tapi, euforianya pendukung dan marahnya pembenci Ahok. Melihat maraknya foto Ahok sedang bersalaman dengan sang tamu, Raja Salman. Bagi saya, wajar khan klo seorang tuan rumah salaman dengan tamunya. Kok mesti marah sih. Kata yang anti Ahok, fotonya direkayasa, foto editan itu. Mana mungkin Raja Salman, penguasa negara tauhid mau menyalami penista agama. Mungkin saja dongg...secara dia tamu dan Ahok adalah tuan rumah. Tak ada alasan untuk, tidak menyambut uluran tangan Pak Ahok. Lagipula, pernahkah kita tanya pada sang Raja. Pendapat beliau tentang kasus pak Ahok. Tidak pernah khan? Paling beliau bilang,"Itu urusan kalian, selesaikan sendiri. Maaf saya tidak ikut campur." Tanyami. Hayo, siapa berani tanya. Mumpung beliau masih ada di tanah air kita.

Lucu juga jadinya yah. Ketika apa yang kita tidak sukai ternyata itulah yang terjadi. Berharap agar Raja Salman menolak Ahok untuk bertemu beliau. Menolak jabat tangan dengannya. Karena, haram tangan sang junjungan yang suci berjabat tangan dengan tangan haram si penista agama. Tapi kenyataannya. Mereka adalah negarawan-negarawan yang tak luput dari dosa. Dan mereka saling menghormati satu sama lain. Tidak seperti kita yang selalu nyinyir terhadap sesuatu. Walaupun, bisa saja kita awam terhadapnya. Kita hanya mengikuti prasangka kita dan terlalu membesar-besarkan sesuatu. Dan kita juga terkadang, menciptakan ketakutan-ketakutan, seperti melihat hantu di siang bolong.

Tentang Pak Basuki..eh Pak Ahok sendiri, saya tidak pernah menganggapnya bahwa ia telah melecehkan Al Qur'an, khususnya Al Maidah ayat 51. Barangkali dia bersalah telah mengucapkan perkataan yang menyinggung perasaan sebagian umat Islam. Tetapi beliau sudah minta maaf. Bahkan telah berulang-ulang kali minta maaf. Tetapi masih saja telah dianggap menghina Islam dan AlQuran. Saya kira, tidak mungkinlah pak Ahok menghina Islam. Karena beliau dalam posisi calon gubernur yang akan ikut pilkada. Dan mayoritas pemilihnya itu beragama Islam. Dan wajar kok, klo dibilang ada orang yang menggunakan ayat AlQur'an umtuk membodohi umat Islam. Bagaimana dengan kelompok ISIS yang menggunakan dalil berupa ayat Al Qur'an untuk memenggal orang yang tidak sekeyakinan dengan mereka. Bukan Al Qur'annya yang salah, Bro and Sista, tetapi orangnya. Sama saja ketika kita pakai pisau untuk memotong pepaya. Atau kita pakai pisau untuk memotong orang. Kitanya yang salah bukan pisaunya.

Saya ingat juga videonya Pak Habib Riziek yang bilang ada ulama su' yang pakai ayat alQur'an untuk membodoh-bodohi umat. Sepertinya, ucapannya senada yang dengan yang dikatakan Pak Ahok di Kepulauan Seribu. Tapi, kenapa orang berbeda dalam menyikapinya. Apakah karena ada yang beragama Islam dan ada yang nonmuslim. Standar janda itu namanya, eeh standar ganda.

Tentang penistaan agama atau tidaknya Bapak Ahok dalam hal ini, pendapat para ulama terbelah. Sebagian mengatkan Ahok telah menistakan agama. Sebagian lagi mengatakan tidak. Sayangnya, perbedaan ini tidak ditanggapi dewasa. Bagi yang anti Ahok, diklaim bahwa mereka rasis, intoleran dan tidak menghargai kebhinekaan. Tetapi mereka menolak klaim sepihak itu. Buktinya mereka, bersahabat dengan orang kristen, Cina. Hanya Pak Ahok yang mereka benci karena telah menghina ulama dan Al Qur'an. Di lain pihak, ada yang mengklaim orang yang tidak menganggap Ahok telah menista agama itu, munafik. Apalagi yang memilih Pak Ahok. Sampai-sampai, ada mesjid yang tidak mau menyalatkan jenazahnya. Hehe..segitunya deeh..Tapi klo dipikir-pikir benar juga yah. Mana ada mesjid yang menyalatkan jenazah. Khan yang shalat itu jemaahnya. Bukan masjidnya. Hihi...

Klo saya sendiri, tentang Pak Ahok saya mengikuti pendapatnya Buya Syafii Ma'arif, Bapak Quraysh Shihab dan ulama-ulama NU lainnya yang sependapat. Bahwa Pak Ahok tidak menista agama. Bahwa Pak Ahok keliru tapi sudah minta maaf. Yah, dimaafkan. Dan pernah juga dalam sebuah pertemuan dengan kanda Ustadz Dr. Ahmad Mujahid. Sempat ditanyakan mengenai kasus Ahok. Beliau bilang, Ahok tidak menghina Al Qur'an. Saya bilang, "Artinya politikji itu ustadz." Beliau bilang," ah iyya politikji itu." Saya bilang barangkali di sinimi pentingnya kita tahu sejarah turunnya atau asbabun nuzulnya ayat-ayat Al Qur'an itu ustadz. Beliau bilang, betul itu.

Sekarang ini kita menantikan putaran kedua Pilkada DKI. Apakah BADJA atau Anies-Uno yang menang. Apakah semakin mengheboh ujaran-ujaran kebencian, bertebaran hoax-hoax, dan kampanye hitam. Boleh jadi, kedua belah pihak berlomba-lomba memperlihatkan keunggulan jagoannya. Dan menunjukkan keburukan-keburukan lawannya. Tidak semuanya sih pegiat medsos seperti itu. Tapi, masih marak kelihatannya. Barangkali itu bumbu-bumbu penyedap pemilu ataupun pilkada yah.

Saya sebagai warga yang tak berKTP Jakarta. Tak punya hak untuk memilih. Tapi saya punya harapan untuk DKI Jakarta. Sebagai ibukota negara. Semoga pemimpin yang terpilih mampu membawa Jakarta menjadi lebih baik dari sekarang. Utamanya, banjir dan macet, semoga dapat diatasi. Siapapun nanti yang terpilih...

Jumat, 20 Januari 2017

Menikmati Senja yang Mendadak Bisu



Mendaras buku kumpulan cerpen yang berjudul "Senja yang Mendadak Bisu" Karya Lugina W.G. seperti menjelajahi berbagai wilayah di nusantara. Kita seperti diajak untuk menyelami budaya lokal dari latar cerita itu.

Ada beberapa budaya yang menarik namun ada pula yang sadis yang bisa membuat kita bergidik. Tetapi, begitulah adanya budaya daerah. Seperti, adat di Papua, di mana seorang perempuan dari suku Dani harus memotong seruas demi seruas jari tangannya ketika ada anggota keluarganya yang meninggal. Setiap ada yang meninggal satu ruas jari mesti dipotong. Sehingga hampir seluruh ruas jarinya terpotong, tinggal tersisa satu ruas jari tangan sang perempuan dalam cerita itu.

Setiap ada kerabat dekat yang meninggal. Seorang perempuan dari suku Dani mau tidak mau memotong seruas jarinya. Mereka memotong jarinya sendiri dengan sebuah kapak. Sebelumnya, perempuan itu menyediakan daun-daunan untuk mengurangi rasa sakit dan mengobati luka akibat jari yang terpotong itu. Perempuan suku Dani teramat tabah tetapi mereka juga merasa sedih dengan apa yang menimpa mereka. Tetapi, mereka tetap pasrah karena terlahir sebagai perempuan dari suku Dani.

Cerita dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan bercerita tentang seorang pemuda yang ingin sekali membuat upacara Rambu Solo buat ambenya yang telah meninggal dunia. Sebelum Rambu Solo diadakan, si mayit itu, dianggap belum meninggal, tapi masih sakit. Upacara Rambu Solo itu sendiri merupakan upacara kematian dengan mengorbankan delapan ekor kerbau dan lima puluh ekor babi. Sebagai anak lelaki tertua, sang pemuda merasa berkewajiban untuk mengadakan upacara Rambu Solo untuk ambenya. Apa daya keuangan sang pemuda dan keluarga tak mencukupi untuk mengadakan upacara itu.

Sementara itu, indo sang pemuda senantiasa mempertanyakan kapan mereka bisa mengadakan upacara Rambu Solo. Indonya bilang kasihan ambenya belum mencapai paya atau nirwana karena belum diantarkan dengan upacara itu. Sang pemuda berpikir keras bagaimana mengadakan upacara itu. Sedangkan mereka belum mampu.

Sang pemuda adalah seorang guide atau pemandu wisata yang pekerjaannya mengantar turis ke tempat-tempat wisata di Tator. Ke Londa makam-makam yang letaknya di dinding batu bebukitan, ke makam anak-anak kecil di lobang-lobang pepohonan. Dan ada juga, makam sepasang remaja yang saling mencintai yang bunuh diri karena tidak mendapat restu dari orang tua mereka. Mereka mendapat gelaran Romeo dan Juliet. Sang pemuda sangat senang menceritakan kisah sepasang remaja itu kepada para turis yang berkunjung ke tempat itu.

Akhirnya, sang pemuda memperoleh biaya untuk mengadakan upacara untuk ambenya. Dengan jalan yang pasti akan dikutuk dan dihina oleh kaumnya. Pemuda itu telah menjual kerangka tulang belulang Romeo dan Juliet ke toko cendera mata. Sebelumnya, sang pemuda telah mengganti yang asli dengan replika tulang Romeo dan Juliet. Dan tentu saja, langkah sang pemuda akan disesalinya kemudian hari.

Cerita dari Tanah Minang. Seorang gadis yang bersedih hati. Lamaran sang kekasih kepada keluarganya disambut oleh mamaknya dengan persyaratan mahar yang sangat tinggi. 30 mayang emas. Sang gadis berusaha membujuk mamaknya supaya menurunkan maharnya menjadi 3 mayang. Dengan alasan, bahwa perempuan yang paling mulia itu yang maharnya paling murah. Tetapi sang mamak bergeming. Bahkan memberi jangka waktu dua bulan untuk memenuhi persyaratan itu. Kalau tidak, gadis itu akan dinikahkan dengan pemuda lain. Yang sanggup menyanggupi 30 mayang emas.

Sang gadis bersedih. Di hari pernikahannya, dia melihat kekasihnya duduk di antara kursi tamu. Pemuda itu sudah memenuhi janjinya untuk datang ke pesta pernikahan gadis itu. Di kamarnya, gadis itu menunggu deringan sms dari sang pemuda. Terdengar bunyi ringtone tanda pesan masuk. SMS itu berisi permintaan maaf dari sang pemuda yang tidak sanggup memenuhi mahar yang telah ditentukan oleh sang mamak. Pemuda itu mengucapkan salam perpisahan. Dan gadis itupun berduka.

Ada cerita dari tana Luwuk yang getir, yang diharapkan happy ending ternyata berakhir sedih. Seorang istri yang menunggu suaminya siang dan malam. Menyiapkan semangkuk kapurung dan dua piring setiap waktu makan. Satu untuk dirinya dan satu untuk suaminya. Satu bulan, satu minggu, satu tahun dan tahun berganti tahun. Perempuan itu masih setia menunggu. Dengan semangkuk kapurung dan dua buah piring, satu untuk dirinya dan satu untuk suaminya. Suami yang pergi ke ibukota untuk mencari pekerjaan dan bertarung nasib demi perbaikan hidup keluarga mereka. Tapi, sama seperti biasanya, hanya satu yang terpakai.

Seorang lelaki menyusuri jalan kampung mendekati rumah yang ditinggalkannya beberapa tahun lalu. Dia yang pernah lupa ingatan karena terjatuh dan tertumbuk batu. Itulah sebabnya sang suami tak pernah berkirim kabar pada istrinya di kampung. Setelah ingatannya pulih kembali ia memutuskan untuk balik ke kampung berkumpul bersama istrinya kembali.

Sesampai di rumahnya, lelaki itu mengintip, takut jangan-jangan istrinya sudah menikah lagi. Karena dia sudah lama pergi dan tidak pernah berkirim kabar padanya. Dia kemudian terhenyak melihat semangkuk kapurung, makanan kegemarannya dengan sepasang piring. Di samping istrinya yang terbaring seperti menunggu seseorang. Dia menyangka istrinya sudah menikah lagi. Buktinya, ada sepasang piring yang tersedia. Untuk apa piring yang satunya lagi kalau bukan untuk suaminya yang baru.

Dengan air mata bercucuran, lelaki itu meninggalkan rumah itu. Takut berjumpa dengan suami baru istrinya. Dia memaklumi dan memaafkan istrinya yang
telah menikah lagi. Karena bertahun-tahun ditinggal tanpa ada kabar darinya. Padahal seandainya dia tahu. Bahwa piring yang satu itu adalah untuk dia. Suami yang tetap ditunggu-tunggu sang istri. Kasiaan...hik..hik...Coba saja lelaki itu mau ketemu istrinya. Dan bersay hello. Kesalahpahaman bisa dielakkan. Tapi saya kira itulah keunikan dari cerita ini. Akhir cerita yang tak gampang ditebak.

Masih banyak cerita lain yang menarik dari kumpulan cerpen "Senja yang Mendadak Bisu" ini. Cara dan gaya bercerita, dengan untaian kata yang indah membuat kita menikmati berbagai kisah anak manusia di dalamnya. Bagus untuk merefresh otak sekaligus menambah pengetahuan akan keanekaragaman budaya nusantara kita.

Kamis, 19 Januari 2017

Mencari Karyawan

Sudah beberapa hari ini karyawan yang kerja di toko Meta Cell tinggal seorang. Biasanya ada tiga orang. Ada yang pulang kampung belum tentu datang kembali. Dan ada yang berhenti bekerja karena mau bikin usaha sendiri. Alhamdulillah.

Seorang karyawan sangat tidak cukup untuk menggawangi toko. Apalagi dia hanya masuk sore sampai malam hari. Jadi sang bos sendiri mesti turun tangan. Juga saya ikut membantu menjaga toko. Alhasil, banyak yang terbengkalai pekerjaan lain. Misalnya, Foto kopi, pergi belanja voucher, Alat Tulis Kantor. Juga pekerjaan rumah tangga tidak terurus dengan baik. Soalnya keluar masuk rumah.

Sebenarnya sudah ada beberapa orang yang menawarkan diri untuk menjadi karyawan. Tetapi mereka masih sementara dipertimbangkan. Mengingat pengalaman kami sebelumnya mempekerjakan karyawan. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman itu. Yang membuat kami agak sulit untuk menerima seseorang menjadi karyawan. Memang sih tak ada yang sempurna pada diri seseorang. Tapi setidaknya bisa diperoleh pekerja yang optimal dalam melalukan tugasnya.

Dari sekian banyak pengalaman mempekerjakan orang, saya melihat beberapa aspek yang penting dilihat dari karyawan, yaitu

1. Kejujuran
Kejujuran dalam hal ini sangat penting. Dalam pekerjaan ini, pencatatan uang masuk dan keluar tidak ketat. Sangat gampang ketika karyawan berniat jahat. Mengambil selembar dua lembar uang seratus ribu itu tidak akan ketahuan.

2. Kedisiplinan
Karyawan yang disiplin itu ketika sudah ditentukan waktu masuknya. Tidak akan sengaja membuat dirinya terlambat. Misalnya, jam 08.00 dia mesti masuk. Dia tidak akan sengaja masuk pukul 08.15. Karena ketika ini menjadi kebiasaan. Maka pimpinan akan kurang respek. Dan bisa saja akan berpengaruh pada komisi kurang atau kenaikan gaji yang tertunda.

3. Patuh
Seorang karyawan ketika pimpinan mengatakan tolong dikerjakan ini, akan mengerjakan tugas yang diberikan. Tidak mencari-cari alasan pembenaran agar pekerjaan yang diberikan tidak dilakukan. Kalau misalnya pekerjaan yang diberikan berat. Sebaiknya menggunakan kata-kata yang sopan untuk menolaknya.

4. Penguasaan pekerjaan
Seorang karyawan yang baik akan menguasai pekerjaannya dengan baik. Karena dia akan aktif bertanya. Apa-apa saja yang tidak diketahui dan diperlukan untuk kelancaran pekerjaan. Contoh, pada pekerjaan jual beli, sebaiknya karyawan menanyakan harga-harga barang dan mengetahui posisi-posisi barang yang dijual. Jangan sampai baru bertanya ketika sudah ada pembeli yang datang membeli. Seperti tidak profesional bukan. Juga menghambat proses jual beli.

5. Tidak online pada saat bekerja
Ketika seorang karyawan aktif online saat bekerja. Tentu saja akan kurang fokus pada pekerjaannya. Sudah ada konsumen yang datang. Masih sibuk browsing-browsing. Apalagi untuk menata dan membersihkan barang, pastinya tidak akan deh.

Dari sekian banyak aspek yang perlu dipertimbangkan, hanya lima yang saya paparkan. Mungkin ada beberapa aspek lain juga yang penting. Tetapi kalau kelima aspek di atas sudah terpenuhi, saya pikir pekerjaan akan lancar. Dan target penjualan akan meningkat. Dan gaji pun akan meningkat. Karena pimpinan senang melihat sikap dan kinerja sang karyawan.

Sabtu, 07 Januari 2017

CLBK



Wanita cantik yang berumur menjelang 40 tahun itu tersedu sedan. Mencoba menahan tangis untuk menyembunyikan kepiluan di hatinya, namun akhirnya bobol juga. Sungguh, Jamilah, nama wanita itu yang juga teman karibku, kelihatan sangat menderita. Kubiarkan ia melampiaskan rasa di hatinya. Yang sepertinya sedang berkecamuk dan sudah lama terpendam.

Jamilah memelukku dan berkata, "Sungguh berat masalah yang kuhadapi sekarang ini, say. Sangat berat. Seakan-akan tak ada jalan keluar lagi." Kujawab perlahan, "Sabar say, setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Menangislah, kalau itu bisa membuat hatimu merasa lega."

Jamilah dalam isaknya menjawab, "Tidak say, aku  merasa lumpuh tak berdaya. Seolah-olah aku tak punya kekuatan untuk menghadapi semua ini. Terus apa dong yang harus saya lakukan." Aku yang dari tadi penasaran menjawab, "Aduuh say, ada apa sih say, dari tadi aku kan belum tahu apa yang terjadi padamu. Bagaimana aku bisa menjawabnya?"

Teman karibku itupun berkata, perlahan, "Tapi jangan bilang-bilang siapa yah, say. Tentang masalahku ini. Siapapun juga. Ini rahasia kita berdua. Janji yah say." Dia kembali menangis.

Sebenarnya aku sudah mulai menerka-nerka apa yang terjadi pada Jamilah. Mungkinkah suaminya telah selingkuh. Atau melirik wanita lain. Sehingga Jamilah kelihatannya benar-benar terpukul karenanya.

Aku menunggu dengan sabar, apa yang akan dikatakan oleh Jamilah. Dia menatapku lekat seolah-olah tak percaya bahwa aku takkan membocorkan masalah yang dihadapinya kepada orang lain. Akupun berujar kepadanya, "Kalau kamu belum sanggup menceritakannya padaku, tidak apalah. Dan barangkali kamu tidak percaya padaku yah. Bisa jadi karena aku orangnya cerewet. Tapi untuk masalah ini. Aku janji tidak akan menceritakannya kepada siapapun."

"Anisah sayang, aku jatuh cinta pada seseorang," Jamilah berbisik padaku. Aku kaget. "Itu, kamu kaget, kan? Aku sangat berharap say, apapun yang kuceritakan ini, tidak mengubah sikap dan perasaanmu padaku," Pinta Jamilah. Aku menjawab,  "Iya, aku berjanji, say. Kita adalah sahabat. Sahabat yang akan saling menguatkan. Percayalah."

Aku sebenarnya kaget. Kaget karena dugaanku salah. Terbalik seratus delapunpuluh derajat. Kukira suaminya yang selingkuh. Ternyata dia yang jatuh cinta pada seseorang. Aduuh kasihan, cobaan apalagi ini yang menimpamu, sobat.

"Sebenarnya, bagaimana awalnya ceritanya sih, kamu jatuh cinta pada PIL (Pria Idaman Lain) mu itu. Maaf yah kawan, aku memakai istilah itu." Jamilah menjawab, "Awalnya, aku menghadiri reuni SMA. Aku bertemu dengannya, mantanku. Banyak yang berubah darinya. Sikapnya yang jauh lebih dewasa. Penampilannya yang charming. Kata teman lain, ia sudah menjadi pengusaha sukses. Tapi sayang, ia belum menikah. Ia menyapaku dengan hangat dan menanyakan nomor  Whattsup ku.  Akupun memberikan nomor WA ku. Akhirnya kami pun chattingan. Chattingan dengannya begitu mengasyikkan. Sampai lupa waktu. Kami cerita ini itu, cerita masa lalu yang penuh kenangan. Sampai akhirnya aku terbuai. Dan rasa sayang pun bertumbuh kembali tanpa bisa dikendalikan lagi.. Pada akhirnya kusadari, perasaan cinta kepada suamiku sendiri hilang begitu saja. Perasaanku kepada suamiku terasa hambar."

Aku merespon ceritanya, Aku katakan padanya, "Artinya CLBK Ki ini say. Cinta Lama yang Bersemi Kembali.  Aku pikir ini ujian, say. Sekian lama engkau dan suamimu kelihatannya harmonis. Tak pernah ada masalah yang berarti di antara kalian berdua. Tapi, karena kehadiran seseorang dari masa lalumu membuatmu terlibat dalam masalah yang cukup rumit.  Hmmm. Tapi aku yakin, kamu bisa melewati semua ini. Bagaimana dengan suamimu? Apa suamimu tahu perasaanmu padanya?"

Sahut Jamilah, "Suamiku tahu say, tapi dia tidak peduli. Dia terlalu mencintaiku. Dia memang suami yang sangat baik. Malah saat ini, dengan kondisiku yang labil ini. Dia yang mengerjakan urusan rumah tangga. Dia yang memasak. Dia yang mencuci. Pokoknya, dia melayani aku. Seperti seorang hamba terhadap majikannya. Sungguh, aku kasihan sekali padanya."

"Betul-betul, seorang suami yang baik. Jamilah say, ini ujian dan cobaan bagimu. Lelaki yang di dunia maya itu, seperti imajinasi saja. Kelihatan manis tapi belum tentu faktanya demikian. Nah, suamimu ini yang sudah nyata kebaikannya. Jangan kau sia-siakan say. Apalagi sudah hadir di antara kalian anak-anak yang manis itu. Kan kasian anak-anak yang belum mengerti apa-apa itu. Jika terjadi perpisahan kedua orang tuanya. Yakinlah anak-anak itu yang akan jadi korbannya."

"Iya, betul itu, aku juga menyadarinya. Tapi perasaan sayang itu tak bisa hilang. Aku sudah berusaha menghilangkannya. Tapi, tetap tidak bisa," Keluh Jamilah.

"Insya Allah, kamu bisa say, cobalah untuk menghapus kontakmu dengannya. Putuskan semuanya. Line, WA maupun massanger. Kalau dia menghubungi. Jangan pedulikan. Lupakanlah dia. Memang berat. Sangat berat say. Kalau tidak berat bukan ujian namanya. Insya Allah, kamu mampu melupakannya." Ujarku.

Jamilah dengan mata berbinar menatapku. Mungkin ia merasa sedikit lega. Sudah mencurahkan isi hatinya pada orang lain. Sahabatnya sendiri. Dia memelukku dan berjanji akan mengikuti saranku. Akupun  memeluknya dengan erat. Seakan ingin memberikan kekuatan baru kepadanya. Bahwa masalahnya akan selesai dan semuanya akan baik-baik saja.

Setelah perjumpaanku dengan Jamilah, aku merenungkan apa yang telah menimpanya. Sadar tidak sadar,  Jamilah sudah terkena dampak negatif dari medsos. Suatu hal yang tampak wajar. Dengan alasan menyambung tali silaturrahmi, tanpa sadar telah melanggar aturan yang telah ditetapkannya, tentang pergaulan antara lawan jenis. Aturan yang semestinya tidak dilanggar. Memang tidak ada batasan yang baku. Tapi sebagai seorang muslim/ah sudah sepatutnya kita menjaga diri dan jarak dengan lawan jenis.

Mengapa ada kasus perselingkuhan, perceraian dan semacamnya, karena kita sendiri yang tidak menjaga diri dan hati kita. Kita sudah punya suami, tapi kita masih curhat dengan lelaki lain yang bukan mahram kita. Kita sudah punya istri tapi masih ngobrol chatting yang tidak penting dengan wanita lain. Kita yang belum punya suami atau isteri tetapi kita berinboxria dengan lelaki atau perempuan yang bukan mahram kita. Padahal sudah ada peringatan dari Nabi kita, bahwa barang siapa yang berduaan laki-laki dan perempuan, maka yang ketiganya adalah setan.

Dalam bermedsospun, peringatan Rasulullah ini mesti kita ingat. Setanpun bisa berada di antara kita. Ketika mulai chattingan, inbox-an atau massenger-an dengan lawan jenis. Harus ingat rambu-rambunya. Boleh atau tidak boleh. Kalau bukan sesuatu yang sangat penting, hanya sekedar say hello, apalagi untuk curhat, sebaiknya jangan deh. Karena biasanya, awalnya curhat lama-kelamaan menjadi simpati dan akhirnya tumbuh benih benih cinta alias jatuh ma'bung...eh jatuh cinta. Akhirnya setanpun berperan. Menggoda, merayu dan akhirnya kita pun terjatuh dalam lembah dosa. 

Jumat, 06 Januari 2017

Harga Naik

Dengar-dengar eh baca-baca di medsos Biaya STNK naik. Biaya BPKB naik. Eh. Harga cabe rawit juga naik. Semua pada naik yah. Orang-orang jadi pada kaget. Bingung dan banyak yang marah-marah. Tapi ada juga yang diam. Mencari info apa benar adanya.

Ada yang kemudian yang mengklarifikasi. Bilang kenaikan itu benar adanya. Tetapi jangan panik. Karena kenaikan itu tidak seperti yang kita pikirkan. Bahwa mengurus BPKB itu khan tidak setiap tahun. Cukup pada saat kita beli kendaraan atau balik nama kendaraan kita. Apa kita setiap tahun mengurus BPKB. Atau membalik nama kendaraan yang kita punyai. Tidak khan cuma sekali. Kita khan tidak setiap tahun beli kendaraan. Mengurus STNK juga tidak tiap tahun. Paling lima tahun sekali.

Ada juga nih, berita cabe naik menjadi 90- 100 ribu per kg. Wah bahaya atuh. Kita ini pemakan cabe. Tidak ada cabe tidak asyik. Hehehe. Memang klo kita makan cabe itu harus tersedia. Apakah sudah berubah wujud menjadi sambel atau masih utuh belum diapa-apakan. Itu cabe sudah menjadi menu utama sama seperti nasi yang harus ada. Tapi tidak perlu banyak. Cukup seadanya saja.

Dengan naiknya harga cabe. Ibuk-ibuk mesti mikir bagaimana menyediakan cabe dengan harga murah. Caranya yah. Harus kreatif dong. Mulai menanam cabe. Hehe.. Gampang kok menanam cabe. Tidak perlu lahan luas. Cukup pakai pot atau galon bekas. Lalu tanah plus sekam dimasukkan ke pot. Biji-biji cabe disemaikan. Klo sudah tumbuh beberapa. Pilih tanaman cabe yang subur dan kelihatan kokoh. Siram setiap hari pagi dan sore. Boleh dipupuk pakai air beras . Nah. Tanaman cabe tumbuh semakin subur dan lebat. Tinggal menunggu berbunga dan berbuah deh.

Free writing

Senin, 02 Januari 2017

Perempuan dan Fitnah



Seorang perempuan mengeluh. Dia bilang, kenapa yah, dia dituduh macam-macam. Kenapa hanya dia. Padahal banyak yang seperti itu. Kenyataannya, dia tidak melakukan apa-apa. Tidak berbuat sejauh apa yang dituduhkan oleh yang menuduhnya.

Begitulah, keluhan seorang perempuan dalam curhatnya. Dia mengeluh seakan-akan dia tidak menyadari apa yang dilakukannya selama ini. Ataukah ia sengaja menepiskannya. Selama ini, katanya ia cuma menganggap partner seorang laki-laki. Seorang laki-laki yang memberi perhatian padanya. Mengajaknya jalan bareng. Bahkan memberikan hadiah padanya.

Kedekatannya itu, kemudian ditampilkan di depan umum. Melalui gambar-gambar mereka di medsos. Di facebook maupun lewat instagram. Dengan caption dibumbuhi kata-kata sayang. Terlontarlah komentar-komentar yang tak disangka-sangka olehnya. Ucapan selamatpun bertebaran. Pertanyaanpun tertuju padanya. Sudah nikah kak? Kapan nikah dek? Itu baru komentar-komentar yang tampak. Belum yang melalui inbox. Entah apa yang terjadi. Nasehatkah atau hujatankah.

Tentu saja, orang yang biasa melihat gambar-gambar wanita itu dan yang katanya partnernya itu tidak terkejut. Cepat atau lambat, ia akan terkena tuduhan yang macam-macam itu. Orang kadang gampang menyimpulkan sesuatu walaupun itu hanya persangkaan belaka. Mereka tidak mau tau apakah memang benar persangkaan mereka atau tidak. Mereka pikir, gambar yang berbicara tentang kemesraan itu sudah cukup. Sedangkan lewat gambar yang diunggah di medsos saja terlihat mesra apalagi di belakang layar.

Itulah yang namanya fitnah. Terkadang, kita sendiri yang membuat diri kita terkena fitnah. Sering berjalan berdua dengan non muhrim. Kemudian, difoto dan diunggah di medsos, diimbuhi caption romantis. Orang bisa menduga macam-macam. Apalagi, kita sebagai seorang muslimah yang tentu saja lebih paham tentang pergaulan dengan lawan jenis. Orang akan berkomentar macam-macam. Wajar saja, karena kitalah yang mengundang komentar-komentar negatif tentang kita.

Dan perlu diingat, janji iblis buat anak cucu Adam benar adanya. Untuk menggelincirkan manusia dalam jurang kesalahan. Kita tidak boleh menjamin diri kita untuk tetap terjaga kesuciaannya. Ketika sering jalan berduaan. Karena, ketika laki-laki dan wanita berduaan, maka ada setan diantaranya. Pasukan iblis itu tidak akan puas sebelum melihat kalian tergelincir. Maka, sebelum terlambat hindarilah berduaan.

Wanita,
Jagalah dirimu
Karena engkau seperti permata
Jika telah retak tak bisa utuh kembali