Sabtu, 18 Maret 2017

Rindu Bunda Fatimah Azzahra

Di facebook, banyak yang posting tentang bunda Fatimah Azzahra. Ternyata ini hari kelahiran beliau. Kalau bukan karena postingan-postingan itu, manalah teringat akan hari kelahiran penghulu wanita surga itu. Maka berterima kasihlah diriku kepada pemosting status-status tersebut. Semoga mendapat syafaat darinya kelak di kemudian hari.

Fatimah Azzahra, wanita mulia, anak yang sangat dicintai oleh ayahandanya, Rasulullah SAW. Bahkan Rasul pernah bersabda,"Siapa yang menyakiti hati Fatimah, sama dengan menyakiti hatiku."
Begitu cintanya Rasul pada Fatimah, sehingga ketika Ali hendak menikah lagi. Rasul melarangnya, karena Rasul khawatir Fatimah terluka dengan Poligami suaminya. Sehingga rasul marah pada Ali.

Fatimah, sosok teladan muslimah yang sempurna. Ia seorang pribadi, isteri dan ibu yang sempurna. Olehnya itu sebagai seorang muslimah selayaknya kita mencontoh keteladanan beliau. Meneladani beliau adalah harapanku. Walaupun pada kenyataannya, aku tak sanggup untuk betul-betul mencontoh beliau. Masih sangat banyak kekurangan. Dan ini betul-betul membuatku merasa sedih.

Satu hal yang mungkin sebagian orang kurang percaya. Adalah ketika awal mulanya aku mau menggunakan cadar atau penutup muka. Ketika itu, sehabis sholat magrib di kamar. Tiba-tiba ada semacam bisikan. Yang menyuruh menutup muka. Beliau bilang wajahmu itu cahaya yang harus ditutupi. Saat itu saya mendengar beliau berkata,"Saya Fatima Azzahra." Sehingga, kemudian sayapun memantapkan diri menggunakan cadar. Sampai saat ini, saya tetap menggunakan cadar. Karena bisikan itu, masih tetap teringat.

Tentang cadar ini sendiri, ada senior akhwat yang pernah bilang, kok kamu pakai cadar. Padahal bunda Fatimah tidak pakai cadar lho. Saya menyahut kaget, iyakah? Namun, senior akhwat yang lain bilang, siapa bilang Fatimah tidak pakai cadar. Pakai cadar dek, ada bukunya itu.
 
Entahlah yang mana yang benar. Tetapi, saya masih bersikukuh menggunakannya. Walaupun ada warning dari suami untuk melepasnya. Dengan alasan, umur sudah mengizinkan untuk dibukanya si cadar. Tapi saya merasa tak sanggup. Maafkan saya, suamiku..

Kembali ke bunda Fatimah. Terus terang, saya sangat mencintainya. Sangat, sangat merindukannya. Ingin menatap wajahnya, ingin mencium tangannya yang mulia. Tetapi, bisakah itu terjadi? Ketika diriku masih bergelimang dosa. Saya ini apalah. Di hadapan beliau. Sedih rasanya. Sesak dada ini. Mengingat betapa diri ini masih penuh kekurangan. Dapatkah diri ini bertemu dengannya. Wanita penghulu surga. Sedangkan diri ini belum ada jaminan untuk masuk ke dalamnya. Bagaimana bisa ketemu denganmu, wahai Bunda?

Bundaku, terimalah cinta dan rindu ini.
Syafaatilah diriku bunda
Diri yang hina penuh dosa
Ijinkan aku ya Allah, pada saatnya nanti ketemu dengan bunda Fatimah Azzahra ..teladanku

Rabu, 15 Maret 2017

Setia



Bolehkah aku setia padamu
Ketika engkau mendahului aku
Menghadap kehadirat sang Ilahi

Bolehkah kupinta padamu
Tetaplah dengan cinta dan setiamu
Hanya untukku
Ketika aku yang lebih dulu
Dipanggil oleh-Nya

Tapi aku tak bisa terlalu berharap
Padamu, cinta dan setiamu
Tetap padaku
Ketika kutak ada lagi di sisimu

Jika engkau mendahuluiku
Sosok Rabiathul Al Adawiah yang menjadi inspirasiku
Tak ada sosok yang akan menggantikan dirimu
Sampai kita dipertemukan nanti kelak di kemudian hari
Seperti pesan Rasulullah terhadap istri-istrinya untuk tidak menikah lagi sepeninggal dirinya
Begitupun diriku...

Senin, 06 Maret 2017

SARI MANIS

Saya suka bakara. Bagaimana denganmu? Oh yah, siapa yang tidak kenal bakara. Buah bakara juga dikenal juga dengan nama buah sukun. Bakara bahasa Makassarnya sedangkan sukun bahasa Indonesianya. Buah ini saingan berat dengan pisang kepok maupun singkong sebagai pilihan utama makanan gorengan. Bahkan ada yang lebih suka bakara daripada pisang ataupun singkong. Contohnya, saya sendiri..hehe..

Sayang sekali. Bakara ini hanya berbuah di waktu-waktu tertentu saja. Yaitu sekitar Desember sampai Maret. Tidak seperti pisang maupun singkong yang buahnya kapan saja kita bisa peroleh.

Mungkin karena bakara hanya bisa didapat saat musim tertentu saja maka buahnya menjadi pilihan utama ketika memilih gorengan. Mengalahkan pisang dan singkong. Tapi, memang mantap rasanya lho itu bakara goreng. Apalagi Bakara Bone, wah mantap sekali. Dimakan dengan sambal tomat pedis buatan sendiri, makin maknyus.

Di rumah sendiri, kalau lagi musim bakara seperti ada motto "Tiada hari tanpa bakara". Sampai-sampai suami dan anak bosan makan gorengan itu melulu. Saya sendiri tidak bosan-bosannya. Soalnya penggemar berat. Tetapi karena kasian mereka harus mengikuti selera sang emak. Akhirnya saya buatkan mereka kue yang ada manis-manisnya dari buah bakara. Ayo tebak kue apa itu? Iya benar, Sari Manis. Sesuai namanya, kue itu benar -benar manis lho. Soalnya pake kuah gula merah. Mau mirip-mirip kuah pisang epe yah?

Siapa tau di rumah sobat sekalian ada bakara menganggur dan bosan dengan menggorengnya melulu. Maka saya mau berbagi resep cara membuat Sari Manis ini. Sebenarnya, bakara ini bisa dikolak juga tetapi lebih mantap kalau dibuat Sari Manis. Oh ya, bakara juga bisa dibikin sayur. Dicampur dengan rebung dan disantan, wah enak sekali.



Nah, sekarang saya tuliskan resep Sari Manis-nya, yaitu :

Bahan :
1. Bakara atau sukun yang sudah tua
2 buah
2. Gula merah 1 buah yang kecil
3. Telur 2 butir

Cara membuat:
1. Kupas bakara agak dalam sehingga hilang bekas kulitnya, buang isi yang tidak dimakan. Potong kecil-kecil.
2. Cuci bersih bakara.
3. Lalu masukkan ke dalam dandang. Lalu kukus sampai matang dan lunak.
4. Setelah lunak, matikan api dan selagi panas, ulek bakara dengan pengulekan sampai hancur dan tidak berbutir.
5. Setelah itu, bakara dibentuk bulat dan pipih.
6. Telur dikocok sehingga berbusa
7. Gula merah dicairkan agak kental, bisa juga ditambahkan vanili kalau suka.
8. Bakara yang sudah dibentuk, dimasukkan ke dalam telur kocok.
9. Selanjutnya, digoreng sampai kecoklatan.
10. Bakara yang sudah digoreng ditata di atas piring dan diberi gula merah cair sesuai selera.

Demikian resepnya, resep yang sangat praktis, bukan? Selamat mencoba yah. Semoga suka. Kalau saya sendiri suka, apalagi suami. Sangat senang dibuatkan Sari Manis. Dan bilang," Terima kasih banyak yah sudah dibuatkan". Okelah. Hehe..Jadiji itu karena saya juga suka.

Rabu, 01 Maret 2017

Sang Penista Agama

Akhirnya bisa menulis lagi setelah sebulan full tidak mengisi blog. Pebruari tanpa tulisan ceritanya. Tapi sebenarnya sempat menulis tapi waktu saya posting, tulisan itu hilang. Entah kemana dan kenapa. Mungkin jaringan kurang bersahabat dan tidak mendukung. Hehe..Rencana menulis lagi tapi tertunda-tunda terus. Barangkali karena capek jadi penjaga warung sekaligus ibu ERTE.

Saat ini saya lagi mau menulis tentang berita heboh yang terjadi hari ini. Soal kedatangan Raja Saudi Arabia, Raja Salman bin AbdulAziz. Sebenarnya yang heboh itu bukan kedatangan Raja Salman sih. Tapi, euforianya pendukung dan marahnya pembenci Ahok. Melihat maraknya foto Ahok sedang bersalaman dengan sang tamu, Raja Salman. Bagi saya, wajar khan klo seorang tuan rumah salaman dengan tamunya. Kok mesti marah sih. Kata yang anti Ahok, fotonya direkayasa, foto editan itu. Mana mungkin Raja Salman, penguasa negara tauhid mau menyalami penista agama. Mungkin saja dongg...secara dia tamu dan Ahok adalah tuan rumah. Tak ada alasan untuk, tidak menyambut uluran tangan Pak Ahok. Lagipula, pernahkah kita tanya pada sang Raja. Pendapat beliau tentang kasus pak Ahok. Tidak pernah khan? Paling beliau bilang,"Itu urusan kalian, selesaikan sendiri. Maaf saya tidak ikut campur." Tanyami. Hayo, siapa berani tanya. Mumpung beliau masih ada di tanah air kita.

Lucu juga jadinya yah. Ketika apa yang kita tidak sukai ternyata itulah yang terjadi. Berharap agar Raja Salman menolak Ahok untuk bertemu beliau. Menolak jabat tangan dengannya. Karena, haram tangan sang junjungan yang suci berjabat tangan dengan tangan haram si penista agama. Tapi kenyataannya. Mereka adalah negarawan-negarawan yang tak luput dari dosa. Dan mereka saling menghormati satu sama lain. Tidak seperti kita yang selalu nyinyir terhadap sesuatu. Walaupun, bisa saja kita awam terhadapnya. Kita hanya mengikuti prasangka kita dan terlalu membesar-besarkan sesuatu. Dan kita juga terkadang, menciptakan ketakutan-ketakutan, seperti melihat hantu di siang bolong.

Tentang Pak Basuki..eh Pak Ahok sendiri, saya tidak pernah menganggapnya bahwa ia telah melecehkan Al Qur'an, khususnya Al Maidah ayat 51. Barangkali dia bersalah telah mengucapkan perkataan yang menyinggung perasaan sebagian umat Islam. Tetapi beliau sudah minta maaf. Bahkan telah berulang-ulang kali minta maaf. Tetapi masih saja telah dianggap menghina Islam dan AlQuran. Saya kira, tidak mungkinlah pak Ahok menghina Islam. Karena beliau dalam posisi calon gubernur yang akan ikut pilkada. Dan mayoritas pemilihnya itu beragama Islam. Dan wajar kok, klo dibilang ada orang yang menggunakan ayat AlQur'an umtuk membodohi umat Islam. Bagaimana dengan kelompok ISIS yang menggunakan dalil berupa ayat Al Qur'an untuk memenggal orang yang tidak sekeyakinan dengan mereka. Bukan Al Qur'annya yang salah, Bro and Sista, tetapi orangnya. Sama saja ketika kita pakai pisau untuk memotong pepaya. Atau kita pakai pisau untuk memotong orang. Kitanya yang salah bukan pisaunya.

Saya ingat juga videonya Pak Habib Riziek yang bilang ada ulama su' yang pakai ayat alQur'an untuk membodoh-bodohi umat. Sepertinya, ucapannya senada yang dengan yang dikatakan Pak Ahok di Kepulauan Seribu. Tapi, kenapa orang berbeda dalam menyikapinya. Apakah karena ada yang beragama Islam dan ada yang nonmuslim. Standar janda itu namanya, eeh standar ganda.

Tentang penistaan agama atau tidaknya Bapak Ahok dalam hal ini, pendapat para ulama terbelah. Sebagian mengatkan Ahok telah menistakan agama. Sebagian lagi mengatakan tidak. Sayangnya, perbedaan ini tidak ditanggapi dewasa. Bagi yang anti Ahok, diklaim bahwa mereka rasis, intoleran dan tidak menghargai kebhinekaan. Tetapi mereka menolak klaim sepihak itu. Buktinya mereka, bersahabat dengan orang kristen, Cina. Hanya Pak Ahok yang mereka benci karena telah menghina ulama dan Al Qur'an. Di lain pihak, ada yang mengklaim orang yang tidak menganggap Ahok telah menista agama itu, munafik. Apalagi yang memilih Pak Ahok. Sampai-sampai, ada mesjid yang tidak mau menyalatkan jenazahnya. Hehe..segitunya deeh..Tapi klo dipikir-pikir benar juga yah. Mana ada mesjid yang menyalatkan jenazah. Khan yang shalat itu jemaahnya. Bukan masjidnya. Hihi...

Klo saya sendiri, tentang Pak Ahok saya mengikuti pendapatnya Buya Syafii Ma'arif, Bapak Quraysh Shihab dan ulama-ulama NU lainnya yang sependapat. Bahwa Pak Ahok tidak menista agama. Bahwa Pak Ahok keliru tapi sudah minta maaf. Yah, dimaafkan. Dan pernah juga dalam sebuah pertemuan dengan kanda Ustadz Dr. Ahmad Mujahid. Sempat ditanyakan mengenai kasus Ahok. Beliau bilang, Ahok tidak menghina Al Qur'an. Saya bilang, "Artinya politikji itu ustadz." Beliau bilang," ah iyya politikji itu." Saya bilang barangkali di sinimi pentingnya kita tahu sejarah turunnya atau asbabun nuzulnya ayat-ayat Al Qur'an itu ustadz. Beliau bilang, betul itu.

Sekarang ini kita menantikan putaran kedua Pilkada DKI. Apakah BADJA atau Anies-Uno yang menang. Apakah semakin mengheboh ujaran-ujaran kebencian, bertebaran hoax-hoax, dan kampanye hitam. Boleh jadi, kedua belah pihak berlomba-lomba memperlihatkan keunggulan jagoannya. Dan menunjukkan keburukan-keburukan lawannya. Tidak semuanya sih pegiat medsos seperti itu. Tapi, masih marak kelihatannya. Barangkali itu bumbu-bumbu penyedap pemilu ataupun pilkada yah.

Saya sebagai warga yang tak berKTP Jakarta. Tak punya hak untuk memilih. Tapi saya punya harapan untuk DKI Jakarta. Sebagai ibukota negara. Semoga pemimpin yang terpilih mampu membawa Jakarta menjadi lebih baik dari sekarang. Utamanya, banjir dan macet, semoga dapat diatasi. Siapapun nanti yang terpilih...