Saya suka permainan sepak bola.
So, jangan menyangka hanya karena saya seorang perempuan, berjilbab lagi, saya alergi dengan permainan bola. Ah, itu namanya, praduga yang bersalah. Eh, salah sangka. Banyak kok, perempuan yang suka sepak bola. Buktinya apa? Coba lihat di stadion ketika ada pertandingan sepak bola. Banyak khan, kaum hawa di situ. Belum lagi, kalau melihat komentator-komentator di fans page klub sepak bola. Banyak pula tuh, perempuan yang berkomentar. Ada juga kelompok perempuan pendukung klub bola seperti Barca Angel, Ninas dan masih banyak lagi yang lain. Bahkan, ada pula pemain sepak bola perempuan.
Tapi saya belum seperti mereka. Saya tidak pernah menyaksikan pertandingan sepak bola di stadion. Kalau menonton pertandingan sepak bola antar kampung, sering sih. Itupun juga semasa remaja. Tak pernah pula ikut memberi komentar di fans page klub sepak bola tertentu. Seperti kawan-kawan perempuan lain yang rajin memberi komentar. Memberi like atau jempol sih iya. Membuat status di facebook tentang sepak bola, cuma sesekali saja. Dan saya pun, tidaklah tergabung dalam kelompok perempuan pencinta klub sepak bola mana pun. Apalagi seorang pemain sepak bola.
Kesukaan saya kepada sepak bola diawali dengan seringnya menemani suami nonton bola. Lewat televisi lho. Bukan di stadion. Boro-boro nonton, tiketnya saja tidak pernah beli. Tapi lucu tidak, kalau suami yang menjadi penggemar suatu klub , malah saya pengagum klub yang menjadi rival abadinya. Yah, suami suka Real Madrid dan saya sukanya sama Barcelona.
Suami suka Real Madrid. Dengan salah satu alasan, ada Cristiano Ronaldo di situ. CR7 seorang pemain sepak bola yang spektakuler, hebat mengagumkan. Dia pemain terhebat di zamannya. Namun, saya menilai sosok CR7 walapun hebat, dia arogan alias angkuh. Lihat saja, selebrasinya ketika berhasil melesatkan gol ke dalam gawang lawannya. Sungguh, saya tidak respek padanya. Tetapi ada juga yang saya kagumi padanya. Bukan karena
handsome-nya lho. Seperti sebagian fans Ronaldo yang cewek, yang suka pada faktor "h"nya itu. Sebagian lho. Tidak semuanya. Saya mendengar kabar bahwa dia itu suka menyumbang buat Palestina. Wah, senang sekali dengar berita yang seperti ini nih. Pernah juga dia menolak bertukar seragam dengan pemain Israel ketika pertandingan antara timnas Portugal vs timnas Israel usai. Sebagai bentuk dukungan dan simpati terhadap Palestina dan penolakan terhadap aksi-aksi brutal nan kejam Israel terhadap Bangsa Palestina. Hehe...Berbahagialah fans CR7 dan Real Madrid. Semoga semua itu bukan berita hoax belaka.
Saya suka Barcelona. Karena ada Lionel Messi di tim Blaugrana, nama lain Barcelona. Menurut saya, LM10 seorang pemain terhebat di zamannya. Sampai saat ini, dia telah meraih gelar
Ballon d'Or sebanyak lima kali. Sungguh prestasi yang luar biasa. Messi seorang pemain yang fantastis. Juga, seorang pemain yang bisa menjadi faktor pembeda dan penentu kemenangan dalam suatu pertandingan. Di samping itu, ia sosok yang rendah hati. Selebrasinya sering menunjuk ke atas. Menunjukkan bahwa keberhasilannya menciptakan gol adalah berkat "yang di atas". Itu menurutku lho. Walaupun ada yang mengatakan bahwa ia adalah pendukung Israel. Tetapi dalam satu kesempatan, Messi menyatakan, mengapa dia harus mendukung bangsa yang membunuh anak-anak dan orang-orang yang tidak berdosa.
Saya sempat ikut bersedih ketika mendengar Lionel Messi memutuskan untuk berhenti dari timnas Argentina. Saya juga suka sama tim Tango ketika Messi bermain. Tanpa Messi, tim Tango seperti tak punya daya tarik dan kurang greget.
Menurut Kompas, dua setengah bulan yang lalu ribuan orang pendukung timnas Argentina rela diguyur hujan. Mereka tidak peduli dengan dinginnya hujan yang membasahi tubuh mereka. Mereka berdoa agar Messi mau kembali ke timnas Argentina. Selama dua setengah bulan, Messi menolak semua permintaan agar balik ke tim Tango. Mulai dari Presiden Asosiasi Sepak Bola Argentina, Armando Perez hingga Presiden Argentina, Mauricio Macri, menghubungi Messi dan memintanya kembali. Tapi, semuanya sia-sia.
Keputusan untuk menggantungkan sepatu di tim Tango, Messi lontarkan setelah ia gagal meraih juara Copa Amerika. Tim Tanggo dikalahkan untuk keduakalinya oleh timnas Chile di Final Copa Amerika. Pada Final Copa Amerika sebelumnya, Lionel Messi dan kawan-kawan juga dikalahkan oleh Alexis Sanches dan kawan-kawan dari timnas Chile.
Menyedihkan bukan? Padahal pertandingan melawan Chile di Final Copa Amerika itu merupakan satu-satunya harapan bagi Messi untuk meraih gelar juara internasional bagi dirinya dan negaranya, Argentina. Setelah gagal meraih gelar juara, kritikan dan hinaan bertubi-tubi menghantam Messi. Mereka selalu membandingkan Messi di klub Barcelona dan Messi di timnas Argentina. Kata mereka, Messi bermain secara totalitas di Barcelona. Berbeda halnya kalau bermain di timnas Argentina. Messi tidak mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Padahal, Messi sudah membawa tim Tango ke final Piala Dunia Brazil 2014 dan final Piala Copa Amerika 2015 dan 2016. Tentu saja itu bukan prestasi yang biasa-biasa saja. Tetapi ekspektasi terhadap Messi sangat tinggi. Dan Messi pun harus memutuskan untuk pensiun dini dari Timnas Argentina karena gagal memenuhi harapan yang diletakkan di pundaknya.
Tetapi, pelatih baru timnas Argentina Edgardo Bauza mempunyai taktik jitu. Bauza membiarkan Messi tersembuhkan oleh waktu. Seperti sebuah ungkapan yang berbunyi "Biarlah waktu yang menyembuhkan luka di hati". Bauza perlahan-lahan mendekati Messi, secara rutin menghubungi dan mengajaknya berdiskusi tentang masa depannya di timnas Argentina. Bauza memintanya kembali ke timnas. Akhirnya Messi luluh juga melihat upaya Bauza dan bersedia kembali ke timnas Argentina.
Welcome Back, Messi.
Kemunculan Messi di atas lapangan hijau ketika menjamu Uruguay pada kualifikasi Zona Amerika Selatan Piala Dunia 2018 di Argentina pada Jumat, 2 September 2016, membuat para penonton bergembira. Mereka meneriakkan yel-yel untuknya. Mereka bahagia karena doa mereka terkabul. Messi telah kembali. Mereka memasang spanduk bertuliskan "Messi Tidak Mengabaikan Kita" dan "Leo Jangan Tinggalkan Kami". Kegembiraan mereka semakin melimpah ruah ketika timnas Tanggo berhasil mengalahkan timnas Chile dengan skor 1-0. Dan siapakah yang berhasil membuat gol semata wayang itu. Gol penentu kemenangan tim Tango. Tidak lain adalah pemain yang baru saja kembali ke timnas Argentina, Messi. Messi berhasil melesatkan bola ke gawang lawan melalui tendangan dari luar pinalti. Kemenangan itu berhasil membuat Argentina bertengger di puncak klasemen menggeser Uruguay. Seperti yang dilansir Kompas, edisi Sabtu 3 September 2016.
Kesukaan saya pada Barcelona, bukan hanya karena faktor Lionel Messinya. Tetapi, mereka memang klub yang luar biasa. Tim tiki taka terhebat sepanjang masa, menurutku. Walaupun banyak yang mengkritik mereka. Bahwa taktik mereka sudah ketinggalan zaman. Mudah terbaca. Tetapi, mereka tetap semangat dan bangkit, demi memperoleh kemenangan demi kemenangan. Dengan taktik penguasaan bola dan prinsip mereka, menyerang adalah pertahanan terbaik. Saya paling tidak suka, dengan tim yang cara bermainnya defensif, apalagi yang pakai taktik parkir bus. Sungguh permainan yang membosankan. Tapi dalam pertandingan bola itu sah-sah saja. Taktik mana yang akan menang, ofensif atau defensif. Tergantung dari racikan sang maestro, pelatih klub masing-masing. Tetapi bagi saya, permainan bola Barcelona sangat menyenangkan.
Salah satu pertandingan yang paling berkesan bagi saya ketika Barcelona menghadapi Manchester United di Babak Final Liga Champion tahun 2010-2011. Di bawah asuhan pelatih Pep Guardiola. Waktu itu, Barcelona berhasil mengalahkan Setan Merah dengan skor 3-1 Dan Barcelona pun mengangkat si kuping lebar, piala bergengsi Liga Champion.
Musim lalu, di bawah asuhan pelatih Luis Enrique Martines Gracia, dengan tiga ujung tombak, pemain sekelas Lionel Messi, Luis Suarez dan Neymar, Blaugrana berhasil meraih gelar juara La Liga, Copa Del Rey serta juara Super Spanyol. Walaupun sempat tersandung di Liga Champion. Karena harus menyerah takluk pada klub sesama Spanyol, Atletico Madrid. Dan, mesti memberi selamat kepada Real Madrid, rival terberat mereka. Real Madrid berhak mengangkat si kuping lebar setelah mengalahkan klub sekota mereka, Atletico Madrid.
Ada yang bilang, kekalahan Barcelona di Liga Champion. Adalah karena kutukan sejarah. Tidak ada yang bisa menjuarai Liga Champion selama dua tahun berturut-turut. Dan belum ada yang lepas dari kutukan itu. Tak terkecuali Barcelona, pemegang gelar juara tahun sebelumnya. Entah, nanti. Klub apa yang bisa memecahkan rekor itu. Bisa menjadi juara dua tahun berturut-turut. Atau malah tiga tahun berturut-turut. Tentu, hanya klub sepak bola yang sangat luar biasa, yang bisa meraihnya.
Tetapi, seorang penggemar sepak bola Tetaplah penggemar sepak bola. Dia akan tetap mencintai klub bola andalannya. Pada saat menang atau pun kalah. Dia akan merasa senang ketika klub andalannya menang. Dan ikut pula sedih, ketika klub andalannya berduka, saat kalah. Tetapi, seorang pencinta bola, tak layak untuk menghina-hina atau pun mengejek klub yang menjadi lawan klub andalan mereka. Bagaimanapun bencinya. Karena ketika kita mengejek dan menghina, sama saja kita menggolongkan diri kita sebagai fans sepakbola fanatik yang tidak berwawasan. Sama seperti istilah fundamentalis yang tak berwawasan.Tentu kita tidak mau, khan?
Dari permainan sepak bola, banyak hal yang bisa kita pelajari. Seperti betapa pentingnya waktu itu. Kita tidak boleh menyia-nyiakan waktu sedikit pun. Dari pluit berbunyi tanda dimulainya pertandingan sampai pluit berbunyi tanda diakhirinya pertandingan. Semua pemain sibuk dengan aksinya untuk mengukir prestasi di lapangan. Tidak ada yang bermain-main. Semuanya memanfaatkan waktu demi terciptanya sebuah kemenangan.
Dalam kehidupan, kita perlu bekerja sama dengan orang lain. Dan tidak boleh pula meremehkan orang lain. Ini dapat kita pelajari juga dalam sepak bola. Kerja sama antar pemain di dalam pertandingan sepak bola sangat penting. Tidak ada yang boleh mementingkan diri sendiri. Tanpa kerja sama yang baik antar pemain. Permainan menjadi kacau dan pertahanan gampang diobrak-abrik oleh lawan. Mustahil tujuan kemenangan dapat tercapai. Demikian pula, tidak boleh memandang remeh lawan main. Karena kekuatan sesungguhnya dari lawan tidak bisa diprediksi secara pasti. Hanya dengan melihat, bahwa lawan hanya tim kecil, sehingga bisa dengan mudah dikalahkan. Banyak tim besar dikalahkan oleh tim kecil karena persoalan seperti ini. Bisa saja, lawan berasal dari klasemen bawah, tapi memiliki motivasi yang besar untuk menang. Mereka haus akan kemenangan. Sedangkan tim besar sudah puas dan terbuai dengan prestasi-prestasi yang diraihnya. Sehingga cenderung memandang remeh lawan.
Dan ketika selesai pertandingan bola, para pemain baik kawan maupun lawan, saling bersalaman bahkan ada yang bertukaran kostum dengan pemain lawan. Jadi yang saya herankan, kok, para pendukung mereka kadang saling caci maki. Bahkan ada yang sampai bentrok dan berkelahi. Aneh, juga yah. Sebaiknya, para pendukung klub bola menahan diri untuk saling mengejek. Karena tidak ada tim sepak bola yang sempurna. Tak ada tim yang selalu menang terus. Juga sebaliknya, tak ada tim yang selalu kalah terus. Terutama, klub-klub besar yang saling bersaing memperebutkan gelar setiap tahunnya.
Pelajaran yang bisa kita petik adalah bahwa kita tidak boleh saling menghina hanya karena adanya perbedaan. Baik perbedaan latar belakang, suku, ras, agama ataupun mazhab. Mari kita saling menghormati dengan perbedaan yang ada. Apalagi di bawah payung negara Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika ini. Berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Itulah bangsa Indonesia. Perbedaan adalah keniscayaan. Memaksakan agar terjadi keseragaman bertolak belakang dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika juga firman-Nya, tentang keragaman umat manusia.
Kita wajib berdakwah menyampaikan kebenaran yang kita yakini tetapi tidak bisa memaksa orang lain untuk serba sama dengan kita. Dengan menghina dan mengejek orang lain yang berbeda dengan kita. Itu sama saja menunjukkan rendahnya kualitas keimanan kita. Karena orang yang beriman akan memperlakukan orang lain dengan cinta kasih, walaupun berbeda latar belakangnya. Hanya dengan cinta dan akhlak yang baik. Orang lain akan tertarik dengan apa yang kita yakini. Bukan dengan cara menghina ataupun menyiksa orang yang tidak mau mengakui dan menerima pemahaman kita. Seperti yang dilakukan kelompok-kelompok radikal, seperti ISIS dan sejenisnya. Mereka bukannya membawa keharuman tetapi malah membawa kebencian terhadap Islam.
Terima kasih buat para sahabat yang telah sudi membaca tulisan ini.
Hamsinah Hamid Daeng Lu'mu