Minggu, 25 September 2016

DAENG RANNU



Sosok perempuan itu sudah mulai dimakan usia. Daeng Rannu namanya. Daeng Rannu orangnya baik dan penyayang. Perempuan paruh baya itu tidak memiliki anak. Suaminya meninggal tepat setelah tiga bulan mereka menikah. Ada yang bilang suaminya kena guna-guna. Pasalnya, Daeng Ramma sebelum menikah dengan Daeng Rannu telah menjalin hubungan dengan gadis lain. Sayang hubungan mereka tidak bisa dilanjutkan ke jenjang pernikahan. Karena ibunya Daeng Ramma tidak merestui hubungan mereka.

Ibu Daeng Ramma ternyata lebih memilih untuk menjodohkannya dengan Daeng Rannu. Daeng Rannu yang masih punya hubungan darah dengan Daeng Ramma, walau sudah jauh. Alasannya, untuk mendekatkan kembali hubungan yang sudah jauh itu. Apalagi ibunya Daeng Ramma dan Daeng Rannu berkawan baik. Artinya ini perjodohan. Sebagai anak yang berbakti, Daeng Ramma tidak bisa menolak keinginan ibunya dan menerima perjodohan itu. Sang kekasih sedih menerima kenyataan itu dan merasa sakit hati. Sakit hati yang mendalam membuat sang gadis ingin membalas perbuatan sang pemuda yang telah memutuskan harapannya. Yah, dengan mengguna-gunai sang pemuda, karena tidak rela melihat sang pemuda menjadi milik orang lain.

Cerita itulah yang sempat dituturkan oleh Daeng Rannu tentang suaminya yang sempat hidup bersamanya dalam waktu yang sangat singkat. Tiga bulan. Umur perkawinan hanya seumur jagung. Entahlah, antara mau percaya atau tidak dengan cerita itu. Karena, jodoh, rezeki dan umur atau ajal itu sudah diatur oleh Allah.

Setelah kematian Daeng Ramma, banyak pemuda yang tertarik pada Daeng Rannu. Tetapi Daeng Rannu tidak bergeming. Dia tidak membalas perhatian pemuda-pemuda tersebut. Daeng Rannu malah sibuk merawat kemanakannya. Anak dari saudara kandungnya, Daeng Tima'. Daeng Tima', perempuan yang subur. Setiap dua tahun, anak terlahir dari rahimnya. Ketika sang bayi baru lahir, kakaknya diambil dan dirawat oleh Daeng Rannu. Begitu seterusnya. Sampai berjumlah tujuh anak dilahirkan Daeng Tima', hanya dua orang yang tidak dirawatnya. Yaitu Anak yang keenam dan ketujuh.

Sewaktu ibu Daeng Rannu dan Daeng Tima' masih hidup. Ada tiga orang anak Daeng Tima' yang tinggal bersama mereka. Sekarang setelah Ibunya meninggal dunia. Anak-anak Daeng Tima' sudah menikah semua. Hanya tinggal satu orang bersama Daeng Rannu. Anak itulah yang akan mewarisi rumah dan tanah milik sang tante. Dulu saudara-saudara keponakannya yang juga pernah tinggal di rumahnya sempat protes ingin juga memperoleh bagian dari rumah itu tapi sang tante menolak. Katanya, bagaimana caranya dibagi. Kalau dibagi harus dirusak bangunannya. Dimana ambil uang untuk memperbaikinya. Lagi pula butuh uang banyak. Si tante menegaskan bahwa rumahnya hanya untuk satu orang ponakannya. Semua menerima keputusan itu. Walau terasa ada yang janggal dan tidak adil menurut mereka.

Daeng Rannu yang telah memelihara keponakan-keponakannya dengan baik seperti merawat anaknya sendiri. Pada akhirnya harus memilih siapa yang berhak atas rumah yang dimilikinya. Suatu pilihan yang akan menyakiti perasaan keponakannya yang lain. Tetapi keputusan telah dijatuhkan. Dan beruntunglah dia, keponakan yang dipilihnya itu. Untungnya, Daeng Tima' masih memiliki tanah yang bisa dibagi-bagi buat anak kandungnya yang lain. Sehingga keponakan Daeng Rannu yang tidak dapat bagian tadinya, merasa lega. Walaupun mereka tetap saja menganggap saudara mereka yang memperoleh rumah dari sang tante sangat beruntung. Karena, rumah yang diberikan sudah lengkap dengan fasilitas berupa listrik dan PAM.

Kehidupan Daeng Rannu ternyata agak memprihatinkan. Beliau masih harus kerja keras. Mesti cuci piring dan membersihkan rumah. Padahal sudah ada beberapa cucunya yang bisa membantu membersihkan rumah tapi sayang mereka enggan membantu sang nenek. Selain itu, karena keadaan ekonomi keluarga kemanakannya yang tidak mencukupi. Sehingga dia juga sering memberi jajan cucu-cucunya. Sang nenek tak tahan mendengar mereka merengek-rengek minta uang. Tak jarang pula ia ikut belanja kebutuhan dapur. Itu semua karena pekerjaan suami dari sang ponakan yang buruh bangunan, tidak terus menerus. Kadang kerja dan kadang tidak. Untung Daeng Rannu sering ditanroi oleh orang-orang dekatnya. Jadi Daeng Rannu bisa memberi cucu-cucunya uang kalau lagi merengek-rengek minta uang. Dan bisa membeli barang kebutuhan dapur atau peralatan mandi, jika keuangan sang ponakan menipis.

Dengan keadaan seperti itu, tetap saja Daeng Rannu merasa bahagia hidup bersama dengan ponakan dan cucu-cucunya. Tak pernah mengeluh menjalani kehidupannya. Sungguh perempuan yang luar biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar