Minggu, 23 Oktober 2016

Mimpi dan Buku

Sejak kecil saya suka membaca. Buku apapun akan saya baca jika terpampang di depanku. Yang paling saya suka waktu itu adalah majalah Ananda. Tetapi sayang, orang tua kurang memperhatikan masalah hobbi anak-anaknya yang gemar membaca. Saya dan kakak sangat senang membaca. Saya sering meminjam majalah dari perpustakaan sekolah.

Selain meminjam dari perpustakaan, saya suka menyewa buku atau majalah dari kawan. Malah saya juga pernah menyewa majalah terbitan sebuah bank. Hanya untuk membaca sebuah cerpen yang yang terletak di halaman paling belakang majalah itu.

Karena kegemaran membaca itu, sampai-sampai terbawa ke alam mimpi. Saya sering bermimpi berada di antara tumpukan buku-buku. Saya sangat senang sekali. Ingin segera membacanya satu persatu. Sayang, ketika saya menggapai buku-buku itu. Saya lalu terbangun. Ternyata itu hanya mimpi. Saya sedih sekali.

Mimpi itu sangat sering muncul dalam setiap tidurku. Sama seringnya, mimpiku tentang saya yang bangun kesiangan dan terlambat masuk sekolah. Mimpi yang buruk yah. Beda dengan mimpiku tentang tumpukan buku-buku yang sangat mempesona dan menggairahkan untuk didaras satu demi satu.

Kecintaanku kepada membaca buku terus berlanjut. Segala buku kubaca. Tapi yang paling kusuka adalah cerita-cerita fiksi. Saya suka baca novel yang tebal-tebal. Cerita horor, detektif, dan kerajaan-kerajaan. Sangat menarik dan tak pernah bosan untuk membaca tema-tema seperti itu.  Saya tetap sering menyewa sama teman. Tetapi, sedikit demi sedikit akupun mulai membeli majalah kegemaranku. Waktu SMA, saya sering membeli majalah Aneka Yess. Ya, itu majalah remaja. Tak butuh waktu lama untuk membaca semua isi majalah itu. Maklum, majalah ringan. Tak perlu mengerutkan kening ketika membacanya. Tak perlu memeras otak untuk memahami apa yang dibaca. Saya sering menunggu setiap bulannya akan terbitnya majalah itu. Rasanya lama sekali. Untuk beli majalah itu saya sisihkan uang saku untuk beli majalah kesayanganku itu.

Saya tidak tau kenapa waktu itu perpustakaan kurang menarik bagi saya. Barangkali waktu itu kurang bahan bacaan menarik di perpustakaan. Sehingga saya lebih banyak mencari di luar. Menyewa dari teman dan membeli bahan bacaan yang menurutku menarik pada waktu itu. Saya juga sering numpang membaca di kamar kakak. Soalnya, dia penggemar berat majalah Femina. Dan dia pun berlangganan majalah itu. Saya juga suka majalah itu. Tapi ogah membeli. Soalnya sudah ada kakak yang menyediakannya. Hehehe..

Menginjak bangku kuliah, bahan bacaanku pun bertambah semenjak memasuki rohis. Saya suka beli buku religi. Tentang jihad, jilbab dan lain-lain. Saya pun suka beli majalah seperti Sabili dan Hidayatullah. Tidak rutin sih. Karena faktor keuangan. Harus pandai-pandai menyisihkan uang saku untuk beli buku atau majalah-majalah itu. Saya juga suka pinjam buku di perpustakaan kampus. Banyak juga buku yang menarik dari perpustakaan yang bisa di pinjam.

Semenjak masuk himpunan hijau hitam, aku pun berkenalan dengan buku-buku Ali Shariati, Murthada Muthahari, Syafii Maarif, Nurcholis Majid dan lain-lain. Mereka intelektual dan pemikir yang luar biasa. Tulisan-tulisan mereka menggugah dan mencerahkan.

Waktu itu saya jarang beli buku karena faktor U. Hanya bisa meminjam dari teman-teman yang berbaik hati meminjamkan. Nanti setelah menikah, saya banyak membaca buku-bukunya suami. Ada bacaan yang berat, ada juga yang tergolong masih ringan. Saya baca yang ringan-ringan saja.

Mimpi berada di antara tumpukan buku itu, masih sering menghiasi setiap tidurku. Dan ketika ada Bazar Buku Murah dari Mizan di toko Papirus, saya berujar inilah mimpi menjadi kenyataan. Mimpi yang selalu diharap bahwa itu nyata adanya. Sekarang terwujud. Bayangkan dengan diskon 60% , peluang untuk memperoleh buku-buku sebagus itu sangat sulit untuk dilepaskan begitu saja. Buku-buku berbagai genre ada. Kami datang hari pertama agar stok masih lengkap. Sangat puas memilih buku-buku tersebut.



Karena ada buku yang ketinggalan ditambah masih ada pesananku. Kami datang kembali ke toko Papirus. Ternyata, oh ternyata sang bos menyuruh memilih-milih lagi buku yang terambil kemarin. Alhamdulillah, tamba-tambai sambalu. Saya senang sekali. Demikian pula Renaisa, putri ketigaku. Dia langsung memilih buku-buku kegemarannya. Terutama, Buku Kecil-kecil Punya Karya. Banyak sekali sudah buku-bukunya. Menarik-menarik pula. Karya calon penulis handal Indonesia masa depan.

Sengaja kami membeli buku lumayan banyak. Terutama, karena diskon yang menggiurkan sekitar 60 persen. Jarang khan ada diskon buku sebesar ini. Mizan lagi. Walaupun ada yang bilang, buku terbitan Mizan katanya merujuk ke mazhab tertentu. Dan haram untuk dibaca. Baca aja lagi. Tidak ada yang aneh menurut saya. Kecuali cerita-cerita fantasi yang memang mengandalkan imajinasi yang kuat. Dari setiap buku ada yang bisa kita petik hikmah atau pelajaran darinya.

Yang kedua, tidak mungkin dengan dana yang minim dapat memperoleh buku-buku murah tapi berkualitas. Nah, dengan adanya bursa buku murah ini, peluangnya menjadi besar. Alhasil, kami seperti memborong buku besar-besaran. Hehe..mumpung hemat 60 persen. Uang yang dikeluarkan pun tidak seberapa. Bisa dibayangkan, untuk ukuran normal. Paling banyak bisa didapat buku dengan jumlah uang seperti uang barangkali paling banter 30 -50 buku. Ini hampir 300 buku.

Selanjutnya, buku-buku yang kami beli itu untuk persiapan membuat Taman Baca di lokasi kami bermukim. Cukuplah kami yang kekurangan bahan bacaan. Mau membaca tapi tidak ada yang bisa dibaca. Lagipula, apa yang bisa kita perbuat untuk masyarakat. Untuk jiwa-jiwa yang haus akan ilmu. Selain, menyediakan bahan bacaan buat mereka. Bisa jadi mereka juga ingin membaca buku. Tetapi, tidak tau dimana bisa memperolehnya. Sedangkan orang tua mereka untuk beli yang pokok-pokok saja berat. Apalagi untuk membeli buku. Ada kata-kata begini; apa pale' yang bisa dikasi masyarakat, mauki kasiki uang masyarakat na tidak ada uangta yang bisa dikasikan. Begitulah, terinspirasi dari kalimat itu, kami berniat untuk membuat Taman Baca. Semoga dengan langkah kecil ini bisa ikut memberi andil dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.